17 October, 2009

Tips Agar Suami Menyenangi Pekerjaan Rumah

eramuslim - Kesibukan seorang istri yang juga merangkap sebagai ibu dari anak-anaknya memang tak kan pernah habis, satu tugas selesai dikerjakan, setumpuk lainnya masih mengantri untuk segera ditangani. Misalnya cucian, tertunda sehari saja, justru menambah tumpukan pada hari berikutnya. Belum lagi anak-anak yang mesti dilayani ini itunya sebelum mereka berangkat ke sekolah, si kecil yang menangis minta susu atau mesti diganti popoknya. Sementara kewajibannya untuk melayani suami sebelum berangkat ke kantor tak boleh dilewatkannya, seperti menyediakan pakaian yang memang sudah harus licin tersetrika, sarapan, sampai sepatu yang mengkilap.

Istri biasanya harus bangun lebih pagi (mungkin tepatnya, lebih dini) dan terkadang harus tidur paling terakhir. Tak perlu diragukan, dia harus untuk menyiapkan segala keperluan sekolah dan ke kantor suami sebelum yang lainnya terbangun dan bila malam hari masih harus membersihkan bekas makan malam, merapihkan mainan anak-anak dan lain-lain yang terkadang tak pernah dimengerti sang suami, itu terlihat dari betapa egoisnya suami yang tetap minta diladeni ini itu tanpa menyadari betapa lelah istrinya.

Ya, para suami (meski tidak semua) sering membeda-bedakan tanggung jawab dan kewajiban rumah tangga berdasarkan pembagian gender, bahwa ini tugas perempuan (istri) dan lainnya tugas suami. Sering dianggap, tugas suami hanya yang berhubungan dengan fungsinya sebagai laki-laki, yakni mencari nafkah, memberikan perlindungan terhadap keluarga serta melakukan pekerjaan berat yang memang biasanya dikerjakan laki-laki seperti memperbaiki atap bocor, listrik yang padam dan lainnya. Walaupun tetap memperhatikan pendidikan anak-anak, tetapi masih lebih sering diserahkan sepenuhnya kepada istri. Urusan dapur? Cucian? No!

Tidak semua laki-laki memandang urusan dapur adalah urusan perempuan, meski harus diakui juga bahwa tidak sedikit para suami yang menyetujui pandangan tersebut. Pikirnya, ia sudah terlalu lelah dengan segala urusan kantor, mencari nafkah seharian, dan istirahat dengan tenang tanpa diganggu rengekan anak dan setumpuk cucian yang belum sempat terpegang oleh istrinya adalah satu hal yang semestinya. Lalu, apakah mereka tak pernah berpikir betapa juga lelahnya para istri di rumah? Ah tidak sedikit mungkin para suami yang tidak memahami, bahwa jangankan dengan seabreg pekerjaan rumah yang menggunung, diam di rumah tanpa aktifitas apapun saja sudah membuatnya capek (ini biasanya dirasakan oleh para istri yang belum punya anak dan relatif sedikit kesibukannya).

Bahaya, tentu saja! Kondisi seperti ini merupakan salah satu yang menyebabkan hubungan rumah tangga menjadi kurang baik dan tidak jarang pertengkaran suami istri dimulai dari masalah yang sering dianggap sepele ini. Selain komunikasi yang hangat, saling pengertian (akan kesibukan masing-masing) agaknya menjadi keutamaan yang mesti dikedepankan.

Sesibuk apapun suami, seletih apapun juga sudah semestinya tidak menambah beban istri. Bukankah salah satu harapan awal dari membangun rumah tangga adalah bahu membahu memikul tanggungjawab dan hidup bersama, agar dengan adanya pasangan, hidup diimpikan menjadi lebih indah, lebih segar, lebih tenang dan tentu lebih ringan dengan melakukan semuanya bersama. Bukan malah sebaliknya, kesemrawutan, ketidakaturan hidup, kesulitan yang mengakibatkan pertengkaran karena masing-masing saling mengkedepankan egonya, akibatnya rumah tangga justru tidak menghadirkan ketentraman dan kedamaian yang dicita-citakan.

Mungkin perlu cara-cara atau kiat khusus agar suami juga mau memberikan perhatiannya, atau sedikit membantu meringankan pekerjaan istri di rumah. Seorang istri tentu sangat menyadari bahwa suaminya tak begitu senang dengan lantai rumah yang kotor karena belum di pel, mainan anak-anak yang berantakan mungkin juga menambah kepenatan suami sepulang kerja, bahkan tumpukan pakaian yang belum disetrika bisa jadi akan menurunkan selera makan malam sang suami. Tapi, tentu para istri juga membutuhkan perhatian lebih para suami untuk bisa bekerja sama menyelesaikannya. Bisa? Tentu saja, mungkin tips dibawah bisa dicoba.

1. Tidak melibatkan langsung

Mungkin tidak semua suami alergi terhadap pekerjaan dapur atau cucian, tetapi lebih karena ia tidak bisa atau tidak biasa melakukannya, Nah, ini tentu lebih mudah dibanding mereka yang benar-benar menganggap pekerjaan rumah adalah urusan perempuan. Sesekali ajak suami untuk menemani istri mencuci pakaian, tidak perlu dia yang mencuci hanya sekedar menemani agar ada teman ngobrol saat mencuci pakaian atau pekerjaan lainnya. Insya Allah, kehadiran suami memberikan sedikitnya dua keuntungan, pertama, pekerjaan jadi lebih ringan dan tidak membosankan dan kedua, suami bisa lebih mengerti betapa beratnya berperan sebagai ibu rumah tangga.

2. Dimulai dari hari libur

Untuk awalan, jangan juga membenani suami dengan pekerjaan rumah tangga setiap hari. Bisa ngamuk dia jika sepulang kantor langsung dihadapkan dengan piring-piring kotor dan setumpuk pakaian yang mesti dicuci. Mulailah melakukannya bersama di hari-hari dimana suami lebih fresh, misalnya hari sabtu atau minggu.

3. Dari Yang Ringan

Memulai adalah sesuatu yang sulit, itu pepatah barat yang mungkin ada benarnya. Maka, mulailah dengan jenis pekerjaan yang dirasa ringan untuk dikerjakan oleh suami. Ini seperti pesan guru saat ujian di sekolah, kerjakan yang mudah terlebih dulu. Menggoreng tempe atau telur di dapur, membersihkan kaca jendela bisa jadi contoh yang ringan dikerjakan sang suami.

4. Dilakukan bersama-sama

Menciptakan komunikasi yang hangat atau menyuburkan kembali cinta tidak mesti di atas tempat tidur. Bukankah dengan memeras cucian berdua, dilanjutkan dengan bercanda saat menjemur pakaian bisa menjaga kehangatan hubungan? Tentu masih banyak lagi hal yang bisa dilakukan bersama seperti memasak atau membersihkan rumah yang disertai keriangan. Kalau perlu ajaklah juga anak-anak yang sudah cukup besar menjadi bagian dari kehangatan itu.

5. Pilih Salah Satu

Jika harus ada anak (balita) yang masih perlu dijaga dan memerlukan perhatian khusus. Mintalah suami memilih, menjaga anak atau melakukan pekerjaan rumah. Biasanya ia akan lebih memilih mencuci pakaian, piring atau lainnya ketimbang harus berpikir bagaimana caranya mendiamkan tangisan anak atau berurusan dengan ompol dan ganti-mengganti popok.

6. Sabar

Jangan cepat putus asa jika suami masih terlihat ogah-ogahan melakukan pekerjaan rumah membantu istri. Biasa, mungkin dia butuh beradaptasi dengan semua itu. Tidak gampang lho, beralih dari menangani klien di kantor dengan ucek-mengucek pakaian kotor. Jadi, bersabar saja dan jika keempat langkah diatas bisa dilakukan suami dengan rutin, insya Allah tidak lama pun ia akan menyenangi pekerjaan barunya itu. Wallahu’a’lam bishshowaab (Ummi Hufha)

No comments:

Post a Comment