Gampang dikerjakan, bila semua penghuni rumah mau bekerjasama dan sama-sama bekerja menjaga dan merawatnya. Artinya semua penghuni, ayah, ibu dan anak-anak membuat komitmen untuk menjaga kebersihan rumah. Karena itu perlu ada perjanjian yang disepakati, bahwa tak ada satupun anggota keluarga yang tak terlibat dalam menciptakan suasana rumah yang segar dan nyaman.
Sebalikya, menjaga kebersihan rumah sulit dilakukan dan mungkin sangat merepotkan, bila yang terlibat hanya ibu seorang saja (dengan asumsi di rumah tak ada pembantu). Ayah misalnya, tak peduli dibebankan lagi pekerjaan rumah, dengan alasan sudah lelah di kantor. Anak-anak juga sibuk dengan urusan sekolah dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya di luar rumah. Sehingga mereka jarang atau bahkan tak pernah terlibat kegiatan membersihkan dan merapikan rumah secara rutin dan kontinyu.
Pada hakikatnya membuat program kerja-bakti bareng di rumah, tidaklah sulit. Kita (ayah atau ibu) bisa berinisiatif mengajukan ide kerjasama menjaga dan merawat rumah. Pendek kata, dibuat kesepakatan yang melibatkan seluruh anggota keluarga. Intinya setiap anggota keluarga punya beban tugas sesuai dengan kapasitas fisiknya. Kerja bareng itu misalnya, bisa ditetapkan setiap sepekan atau dua pekan, atau bahkan sebulan sekali pada setiap hari libur sekolah/kerja.
Pembagian tugas tentunya harus proporsional. Yang besar ditugaskan untuk pekerjaan-pekerjaan yang "besar" juga. Misalnya menyikat kamar-mandi, mengepel lantai, atau membersihkan debu-debu dan sarang laba-laba di seluruh ruangan rumah. Yang kecil bisa dibebankan tugas menyapu dan melap kaca-kaca jendela. Ayah bisa membersihkan pekarangan dan got di depan halaman. Atau bisa juga membetulkan dan menambal genteng yang bocor. Tak ada salahnya bila ayah juga membersihkan tembok di dalam dan di luar rumah.
Tugas ibu apa? O...tentunya ibu tetap menghandel pekerjaan rutinnya, mencuci dan memasak. Tugas inipun dalam hari-hari libur seyogyanya harus dibantu oleh seluruh anggota keluarga, terutama ayah. Ayah bisa membilas dan memeras pakaian, lalu anak-anak yang menjemurnya. Soal pembagian tugas mencuci pun sebetulnya bisa diatur.
Jika kerja-bakti itu dilakukan hari libur, ibu bisa membuatkan hidangan istimewa untuk sekeluarga. Pendek kata diciptakan suasana, dimana seluruh anggota keluarga yang sudah lelah bekerja, makan bareng-bareng di lantai dengan menggelar tikar atau semacamnya. Atau entah bagaimana caranya, itu soal teknis. Yang penting intinya adalah, kita mengadakan acara makan bareng-bareng seluruh isi rumah. Dengan begitu tercipta suasana rekreatif yang segar di rumah kita.
Bagaimana merawat dan menjaga rumah yang sudah bersih dan rapi? Soal yang satu ini perlu dibuat lagi kesepakatan. Isinya, tentang kewajiban seluruh anggota keluarga menjaga kebersihan dan kerapihan rumah, antara lain misalnya berbunyi sebagai berikut;
1. Setiap bangun tidur, tempat tidur harus dibereskan dan dirapikan.
2. Pulang sekolah/bepergian, sepatu & sendal harus diletakkan pada tempatnya.
3. Sehabis makan harus mencuci piring masing-masing (bagi anak yang sudah besar).
4. Tidak diperkenankan mencoret-coret tembok.
5. Baju kotor tidak boleh digantung di kamar.
6. Sepatu/sendal kotor dilarang menginjak lantai ruangan dalam rumah.
7. Buku-buku pelajaran harus diletakkan yang rapi, dan tas sekolah ditempatkan pada tempat yang disediakan.
Bila perjanjian itu telah disepakati dan berjalan mulus, insya Allah bukan hanya tercipta rumah yang bersih dan nyaman dihuni, tapi kedekatan antar anggota keluarga akan semakin erat. Yuk..., kita coba! (sulthoni)
No comments:
Post a Comment