Dalam suatu lingkungan
masyarakat sering dijumpai beragam profesi dan pekerjaan warganya. Contoh beberapa
pekerjaan yang biasa ditemukan ialah petani, pedagang, sopir, guru, dokter, dan
sebagainya. Adanya beragam pekerjaan tersebut dan penghargaannya di tengah
masyarakat secara tidak langsung menimbulkan tingkatan status yang berbeda-beda.
Dan dari situ kemudian muncullah istilah pelapisan sosial.
A. Pengertian
Pelapisan sosial atau biasa juga disebut stratifikasi sosial berasal dari
kata stratus yang artinya lapisan (berlapis-lapis), sehingga
stratifikasi sosial berarti “lapisan masyarakat”.[1]
Sedangkan secara istilah (terminology) menurut Robert M.Z. Lawang,
pelapisan membagi masyarakat ke dalam kelas-kelas yang berbeda dalam struktur
hierarkis yang didasarkan pada faktor kekuasaan, hak istimewa (priveles),
dan prestise. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam lapisan sosial
yang dimilikinya, maka semakin tinggi pula status sosialnya.
B. Sebab-sebab terjadinya Pelapisan Sosial
Pelapisan sosial dalam masyarakat
terjadi karena adanya sesuatu yang dihargai seperti harta atau benda-benda
lainnya.[2]
Sesuatu yang dihargai dimasyarakat bisa berupa kekayaan, ilmu pengetahuan,
status haji, status keturunan ataupun berdasarkan tingkat ekonomi.
Selanjutnya pelapisan sosial dalam
masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya, tetapi ada pula yang sengaja
disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Pelapisan soaial yang terjadi
dengan sendirinya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sistem sosial terbentuk di luar kontrol masyarakat yang
bersangkutan.
2. Sistem sosial terbentuk sejalan dengan perkembangan masyarakat
yang bersangkutan.
3. Sistem sosial yang terjadi sesuai dengan kondisi sosial budaya
di wilayah yang bersangkutan.
4. Posisi seseorang dalam suatu lapisan beserta hak dan
kewajibannya berlangsung secara otomatis (terjadi dengan sendirinya).
Sementara pelapisan
sosial yang sengaja dibentuk untuk suatu tujuan bersama misalnya perusahaan,
partai politik, pemerintah, dan sebagainya. Dalam pelapisan sosial yang sengaja
disusun, terdapat berbagai cara untuk menentukan kedudukan seseorang, antara
lain:
1. Upacara peresmian atau pengangkatan.
2. Pemberian nama jabatan atau pangkat.
3. Pemberian lambang atau tanda kedudukan.
4. Sistem upah atau gaji berdasarkan golongan atau pangkat.
5. Wewenang dan kekuasaan yang disertai pembatasan-pembatasan dalam
pelaksanaannya.[3]
C. Sifat Pelapisan Sosial
Dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi
3 (tiga) yaitu:
1. Pelapisan sosial terbuka
Yaitu pelapisan sosial yang memberikan kesempatan kepada
seseorang untuk berpindah dari satu lapisan sosial kelapisan sosial lainnya. Kelebihan
dari pelapisan sosial terbuka adalah lebih dinamis (progresif), dan
anggota-anggotanya mempunyai cita-cita hidup yang lebih tinggi. Sedangkan kelemahannya
yaitu bahwa anggota-anggotanya mengalami kehidupan yang selalu tegang dan
khawatir akibat status sosial yang dapat berubah kapan saja.
Contoh: masyarakat di negara industri maju dan telah
mengalami gelombang modernisasi.
2. Pelapisan sosial tertutup
Yaitu pelapisan sosial yang membatasi seseorang untuk
berpindah dari satu lapisan ke lapisan lain. pelapisan tertutup bersifat
statis, kurang menunjukkan cita-cita seseorang untuk maju dan hidup seolah-olah
terkekang.[4]
Contoh: Pelapisan sosial pada masyarakat kasta dan
feodal.
3. Pelapisan sosial campuran
Yaitu pelapisan yang terjadi karena ada perpaduan antara
pelapisan terbuka dan pelapisan tertutup.
D. Fungsi Pelapisan Sosial dalam Masyarakat
1. Menyusun alat bagi masyarakat dalam mencapai beberapa tugas
utama, misalnya TNI.
2. Menyusun, mengatur, serta mengawasi hubungan diantara anggota
masyarakat.
3. Pemersatu dan mengkoordinasikan serta mengharmonisasikan
unit-unit yang ada dalam struktur sosial.
4. Mengkategorikan manusia dalam struktur yang berbeda, sehingga
dapat menyederhanakan dunia manusia dalam konteks saling berhubungan di antara
mereka.
[1]
Abu Ahmadi, Sosiologi (Surabaya: Bina Ilmu, 1985) hal. 91
[2] Agung Sasongko, Sosiologi SMA Kelas 2 (Jakarta: Pabelan, 2004) hal. 4
[3]
Suharto, dkk., Tanya Jawab Sosiologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) hal.
71
[4]
Ibid., hal. 76
No comments:
Post a Comment