“Sanatana
Dharma” adalah nama asli Hindu. Sanatana Dharma adalah nama lain untuk
Agama Hindu, sebuah agama yang sudah ada sebelum agama-agama lain ada.
Nyatanya, ia tidak mulai pada suatu zaman tertentu. Ia ada tanpa permulaan dan
tanpa akhir (anadi ananta). Nama hindu merupakan nama asing karena nama
itu diberikan oleh orang yang Hindu. Ini dikaitkan kepada masyarakat yang
memiliki agama dan tradisi “Dharma”.[1]
Ajaran
Dharma ini dikenal dengan nama Indus Culture atau kebudayaan lembah
sungai Sindu (Indus). Di dalam pengucapannya, perubahan lafal “S” ke “H”
mempengaruhi ajaran Sindu menjadi Hindu. Dengan demikian Dharma Hindu sama
artinya dengan Agama Hindu.
Sejarah
agama Hindu di India dan perkembangannya seolah-olah berhadapan dengan pohon
yang besar dengan beraneka cabang dan ranting serta jumlah daun yang menutupi
pohon karena rimbunnya. Mengapa tidak? Agama Hindu telah berhadapan dengan
ragam budaya, adat, filsafat dan agama, baik yang datang dari luar maupun dari
dalam negeri yang merupakan asli masyarakat India.[2]
Perkembangan
agama Hindu di India berlangsung dalam kurun waktu yang amat panjang yaitu
berabad-abad hingga sekarang. Sejarah yang panjang menurut pendapat Govinda Das
dalam Hinduism dapat dibagi dalam tiga bagian besar, yaitu zaman Weda kuno,
zaman Brahmana dan zaman Upanisad.
1.
Zaman Weda kuno
Zaman
Weda kuno adalah zaman penulisan wahyu suci Weda yang pertama yaitu Reg Weda.
Kehidupan beragama pada zaman ini didasar atas ajaran-ajaran yang tercantum
dalam Weda Shamhita. Pembacaan pelafalan ayat-ayat Weda secara Oral, yaitu
dengan menyanyikan dan mendengarkan secara berkelompok.
2.
Zaman Brahmana
Zaman
ini ditandai dengan munculnya kitab Brahmana sebagian dari Weda Struti yang
disebut Karma Kanda. Kehidupan beragama zaman ini ditandai dengan
pemusatan keaktifan pada batin atau rohani dalam berbagai upacara korban.
3.
Zaman Upanisad
Kehidupan
Agama Hindu pada zaman ini bersumber pada ajaran-ajaran kitab Upanisad yang
tergolong Struti dan dijelaskan secara filosofis. Tuntunan-tuntunan keagamaan
pada zaman ini diarahkan untuk meninggalkan ikatan keduniawian dan kembali ke
asal sebagai tujuan akhir mencapai Moksa untuk menyatu dengan Brahmana.
B.
Sumber Agama hindu
Kitab
suci agama Hindu adalah Veda. Kitab Veda inilah yang menjadi sumber ajaran
agama Hindu. Dalam kitab Veda dapat dijumpai mantra-mantra yang bersifat Rahasyajnana
atau Adhyatmika yang akan mudah dipahami bila mendapat bimbingan dari
guru rihani yang ahli.
Kata
Veda dapat dikaji dari dua pendekatan, yaitu etimologi dan semantik. Secara etimologis,
kata Veda berasal dari kata Vid yang artinya mengetahui dan Veda berarti
pengetahuan. Dalam semantik, Veda berarti pengetahuan suci, kebenaran sejati,
pengetahuan tentang ritual, kebijaksanaan tertinggi dan pengetahuan spiritual
sejati tentang kebenaran abadi.
Bahasa
yang digunaka dalam kitab Veda ini adalah bahasa Sansekerta. Sebagai kitab
suci, Veda adalah sumber ajaran agama Hindu, sebab dari Veda-lah mengalir
ajaran yang merupakan kebenaran agaa Hindu.
C.
Pokok-pokok Ajaran Agama Hindu
1.
Tujuan Agama Hindu
Tujuan
agama Hindu adalah “Moksarthana agaddhitaya ca iti dharmah”, tujuan
beragama atau Dharma adalah untuk mendapatkan Moksa dan Jagaddhita. Moksa itu
sendiri adalah kebebasan roh dari ikatan duniawi, atau kelepasan, bebas dari
dosa. Sementara Jagaddhita adalah kebahagiaan, kesejahteraan, kemakmuran umat
manusia, kelestarian serta kedamaian dunia oleh Tuhan Yang Maha Agung, Maha
Pengasih dan Maha Penyayang menurut ajaran agama Hindu.
2.
Keimanan Hindu
Dalam agama
Hindu, iman disebut dengan Sraddha sebagaimana termuat dalam Atharwa
Weda XII.I.I sebagai berikut: “Satyam brhad rtam urgam diksa, tapo brahma
yajna prthiwim dharayanti”. Artinya: Sesungguhnya satya, rta, diksa, tapa,
brahma, dan yajna yang menyangga dunia.
Maksud menyangga
di sini dijelaskan bahwa alam semesta ini disangga oleh Dharma. Adapun pokok-pokok
keimanan dalam agama Hindu dibagi lima bagian yang disebut dengan Panca
Sraddha, yang isinya antara lain:
a.
Percaya terhadap adanya Brahma (Sang Hyang
Widhi)
b.
Percaya terhadap Atman
c.
Percaya terhadap hukum Karmaphala
d.
Percaya terhadap adanya Punarbawa
e.
Percaya terhadap adanya Moksa
Adapun pengertian isi yang disebutkan dalam
Atharwa Weda XII.I.I, antara lain:
a.
Satya adalah kebenaran, kesetiaan atau
kejujuran
b.
Rta adalah bentuk hukum Tuhan yang murni yang
bersifat Absolut Transendental
c.
Diksa adalah pensucian atau penyucian
d.
Tapa adalah pengendalian diri
e.
Brahman adalah mantra-mantra do’a atau Struti
f.
Yajna adalah ritual atau upacara keagamaan
D.
Aliran / Filsafat dalam Agama Hindu
Sad
darsana artinya
enam pemikiran filsafat yang diterima dan diakui dalam kepercayaan Agama Hindu.
Enam filsafat itu antara lain:
1.
Aliran Pemikiran/Filsafat Yoga
Pendiri
aliran filsafat ini adalah Maharsi Patanjali. Aliran ini merupakan suatu usaha
atau cara untuk mengatur pikiran agar kesadaran yang biasa berganti dengan
kesadaran yang luar biasa. Aliran ini mengakui adanya Tuhan. Hal ini perbedaan
azasi dengan ajaran Samkhya yang anti Tuhan.
2.
Aliran Pemikiran/Filsafat Mimansa
Kata
mimansa berarti penyelidikan sistematis yang pertama terhadap Weda. Pendiri
ajaran ini adalah Maharsi Saimini. Sumber utama ajarannya adalah keyakinan akan
kebenaran dan kemutlakan upacara dalam kitab Weda (Brahmana Kalpasutra)
Mimansa
mengajarkan bahwa tujuan terakhir umat manusia adalah Moksa dan jalan untuk
mencapainya adalah dengan cara melaksanakan upacara keagamaan seperti tercantum
dalam kitab Weda.
3.
Aliran Pemikiran/Filsafat Nyaya
Pendiri
ajaran ini adalah Maharsi Gautama yang menulis Nyaya Sutra. Kata Nyaya berarti
suatu penelitian yang analisis dan kritis. Adapun filsafat Nyaya disebut
realistis karena mengakui benda-benda sebagai suatu kenyataan.
4.
Aliran Pemikiran/Filsafat Waisesika
Sistem
ajaran ini diartikan oleh Maharsi Kanada. Tujuan pokok filsafat Waisesika
bersifat metafisis. Isi pokok ajarannya tentang Dharma yaitu apa yang
memberikan kesejahteraan di dunia ini dan yang memberikan kelepasan yang
menentukan.
5.
Aliran Pemikiran/Filsafat Wedanta
Sistem
filsafat Wedanta juga disebut Uttara Mimansa. Kata wedanta berarti akhir dari
Weda. Sumber ajaran ini adalah kitab Upanisad. Ajaran ini bersifat Absolutisme dan
Teisme. Absolutisme adalah aliran yang meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Esa
adalah kutlak dan tidak berpribadi (Impersonal God), sedangkan teisme mengajarkan
Tuhan berpribadi (Personal God).
Agama Hindu
asal-usul sejarahnya berasal dari India. Agama Hindu di India dengan agaa hindu
di Indonesia sangat berbeda sekali tentang pemahamannya mengenai kasta dalam
ajarannya. Misalnya, agama Hindu di India ajaran kastanya sangat ketat sekali
pengertiannya. Terutama sekali tentang pindahnya seorang Brahmana, Ksatria,
Waisya, Sudra, dan Paria ke tingkat yang lebih tinggi dalam urutan kastanya.
Sementara
itu agama Hindu di Indonesia (Bali) cenderung memberikan interpretasi terhadap
ajaran kasta dan tidak terlalu terikat oleh kalahiran (Verna) melainkan dapat
berubah sesuai dengan kemampuan pribadinya. Seseorang yang cenderung menuntut
ilmu dari kasta apa saja dapat berpindah ke kasta Brahmana. Begitu juga Ksatria
yang berpotensi bisa menjadi tentara. Seorang Waisya tentunya dapat menjadi businessman,
konglomerat, ekonom, dan lain-lain. Sudra/paria merupakan para pekerja keras,
buruh, dan kuli-kuli bangunan.
Secara ringkas
ajaran agama Hindu di Bali kembali sesuai dengan perkembangan adat istiadat di
pulau Bali dan sebagian ketentuan perundang-undangan di negara Indonesia yang
Pancasilais. Jadi, hal ini terjadi karena adaptasi doktrin terhadap
lingkungannya yang menyebabkan adanya perbedaan pola penerapan ajaran itu.[3]
No comments:
Post a Comment