31 October, 2014

AGAMA HINDU



A.    Asal Usul dan Perkembangannya


Sanatana Dharma” adalah nama asli Hindu. Sanatana Dharma adalah nama lain untuk Agama Hindu, sebuah agama yang sudah ada sebelum agama-agama lain ada. Nyatanya, ia tidak mulai pada suatu zaman tertentu. Ia ada tanpa permulaan dan tanpa akhir (anadi ananta). Nama hindu merupakan nama asing karena nama itu diberikan oleh orang yang Hindu. Ini dikaitkan kepada masyarakat yang memiliki agama dan tradisi “Dharma”.[1]
Ajaran Dharma ini dikenal dengan nama Indus Culture atau kebudayaan lembah sungai Sindu (Indus). Di dalam pengucapannya, perubahan lafal “S” ke “H” mempengaruhi ajaran Sindu menjadi Hindu. Dengan demikian Dharma Hindu sama artinya dengan Agama Hindu.
Sejarah agama Hindu di India dan perkembangannya seolah-olah berhadapan dengan pohon yang besar dengan beraneka cabang dan ranting serta jumlah daun yang menutupi pohon karena rimbunnya. Mengapa tidak? Agama Hindu telah berhadapan dengan ragam budaya, adat, filsafat dan agama, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri yang merupakan asli masyarakat India.[2]
Perkembangan agama Hindu di India berlangsung dalam kurun waktu yang amat panjang yaitu berabad-abad hingga sekarang. Sejarah yang panjang menurut pendapat Govinda Das dalam Hinduism dapat dibagi dalam tiga bagian besar, yaitu zaman Weda kuno, zaman Brahmana dan zaman Upanisad.
1.      Zaman Weda kuno
Zaman Weda kuno adalah zaman penulisan wahyu suci Weda yang pertama yaitu Reg Weda. Kehidupan beragama pada zaman ini didasar atas ajaran-ajaran yang tercantum dalam Weda Shamhita. Pembacaan pelafalan ayat-ayat Weda secara Oral, yaitu dengan menyanyikan dan mendengarkan secara berkelompok.
2.      Zaman Brahmana
Zaman ini ditandai dengan munculnya kitab Brahmana sebagian dari Weda Struti yang disebut Karma Kanda. Kehidupan beragama zaman ini ditandai dengan pemusatan keaktifan pada batin atau rohani dalam berbagai upacara korban.
3.      Zaman Upanisad
Kehidupan Agama Hindu pada zaman ini bersumber pada ajaran-ajaran kitab Upanisad yang tergolong Struti dan dijelaskan secara filosofis. Tuntunan-tuntunan keagamaan pada zaman ini diarahkan untuk meninggalkan ikatan keduniawian dan kembali ke asal sebagai tujuan akhir mencapai Moksa untuk menyatu dengan Brahmana.
B.     Sumber Agama hindu
Kitab suci agama Hindu adalah Veda. Kitab Veda inilah yang menjadi sumber ajaran agama Hindu. Dalam kitab Veda dapat dijumpai mantra-mantra yang bersifat Rahasyajnana atau Adhyatmika yang akan mudah dipahami bila mendapat bimbingan dari guru rihani yang ahli.
Kata Veda dapat dikaji dari dua pendekatan, yaitu etimologi dan semantik. Secara etimologis, kata Veda berasal dari kata Vid yang artinya mengetahui dan Veda berarti pengetahuan. Dalam semantik, Veda berarti pengetahuan suci, kebenaran sejati, pengetahuan tentang ritual, kebijaksanaan tertinggi dan pengetahuan spiritual sejati tentang kebenaran abadi.
Bahasa yang digunaka dalam kitab Veda ini adalah bahasa Sansekerta. Sebagai kitab suci, Veda adalah sumber ajaran agama Hindu, sebab dari Veda-lah mengalir ajaran yang merupakan kebenaran agaa Hindu.
C.     Pokok-pokok Ajaran Agama Hindu
1.      Tujuan Agama Hindu
Tujuan agama Hindu adalah “Moksarthana agaddhitaya ca iti dharmah”, tujuan beragama atau Dharma adalah untuk mendapatkan Moksa dan Jagaddhita. Moksa itu sendiri adalah kebebasan roh dari ikatan duniawi, atau kelepasan, bebas dari dosa. Sementara Jagaddhita adalah kebahagiaan, kesejahteraan, kemakmuran umat manusia, kelestarian serta kedamaian dunia oleh Tuhan Yang Maha Agung, Maha Pengasih dan Maha Penyayang menurut ajaran agama Hindu.
2.      Keimanan Hindu
Dalam agama Hindu, iman disebut dengan Sraddha sebagaimana termuat dalam Atharwa Weda XII.I.I sebagai berikut: “Satyam brhad rtam urgam diksa, tapo brahma yajna prthiwim dharayanti”. Artinya: Sesungguhnya satya, rta, diksa, tapa, brahma, dan yajna yang menyangga dunia.
Maksud menyangga di sini dijelaskan bahwa alam semesta ini disangga oleh Dharma. Adapun pokok-pokok keimanan dalam agama Hindu dibagi lima bagian yang disebut dengan Panca Sraddha, yang isinya antara lain:
a.       Percaya terhadap adanya Brahma (Sang Hyang Widhi)
b.      Percaya terhadap Atman
c.       Percaya terhadap hukum Karmaphala
d.      Percaya terhadap adanya Punarbawa
e.       Percaya terhadap adanya Moksa
Adapun pengertian isi yang disebutkan dalam Atharwa Weda XII.I.I, antara lain:
a.       Satya adalah kebenaran, kesetiaan atau kejujuran
b.      Rta adalah bentuk hukum Tuhan yang murni yang bersifat Absolut Transendental
c.       Diksa adalah pensucian atau penyucian
d.      Tapa adalah pengendalian diri
e.       Brahman adalah mantra-mantra do’a atau Struti
f.       Yajna adalah ritual atau upacara keagamaan

D.    Aliran / Filsafat dalam Agama Hindu
Sad darsana artinya enam pemikiran filsafat yang diterima dan diakui dalam kepercayaan Agama Hindu. Enam filsafat itu antara lain:
1.      Aliran Pemikiran/Filsafat Yoga
Pendiri aliran filsafat ini adalah Maharsi Patanjali. Aliran ini merupakan suatu usaha atau cara untuk mengatur pikiran agar kesadaran yang biasa berganti dengan kesadaran yang luar biasa. Aliran ini mengakui adanya Tuhan. Hal ini perbedaan azasi dengan ajaran Samkhya yang anti Tuhan.
2.      Aliran Pemikiran/Filsafat Mimansa
Kata mimansa berarti penyelidikan sistematis yang pertama terhadap Weda. Pendiri ajaran ini adalah Maharsi Saimini. Sumber utama ajarannya adalah keyakinan akan kebenaran dan kemutlakan upacara dalam kitab Weda (Brahmana Kalpasutra)
Mimansa mengajarkan bahwa tujuan terakhir umat manusia adalah Moksa dan jalan untuk mencapainya adalah dengan cara melaksanakan upacara keagamaan seperti tercantum dalam kitab Weda.
3.      Aliran Pemikiran/Filsafat Nyaya
Pendiri ajaran ini adalah Maharsi Gautama yang menulis Nyaya Sutra. Kata Nyaya berarti suatu penelitian yang analisis dan kritis. Adapun filsafat Nyaya disebut realistis karena mengakui benda-benda sebagai suatu kenyataan.
4.      Aliran Pemikiran/Filsafat Waisesika
Sistem ajaran ini diartikan oleh Maharsi Kanada. Tujuan pokok filsafat Waisesika bersifat metafisis. Isi pokok ajarannya tentang Dharma yaitu apa yang memberikan kesejahteraan di dunia ini dan yang memberikan kelepasan yang menentukan.
5.      Aliran Pemikiran/Filsafat Wedanta
Sistem filsafat Wedanta juga disebut Uttara Mimansa. Kata wedanta berarti akhir dari Weda. Sumber ajaran ini adalah kitab Upanisad. Ajaran ini bersifat Absolutisme dan Teisme. Absolutisme adalah aliran yang meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah kutlak dan tidak berpribadi (Impersonal God), sedangkan teisme mengajarkan Tuhan berpribadi (Personal God).

E.     Agama Hindu di Indonesia


Agama Hindu asal-usul sejarahnya berasal dari India. Agama Hindu di India dengan agaa hindu di Indonesia sangat berbeda sekali tentang pemahamannya mengenai kasta dalam ajarannya. Misalnya, agama Hindu di India ajaran kastanya sangat ketat sekali pengertiannya. Terutama sekali tentang pindahnya seorang Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra, dan Paria ke tingkat yang lebih tinggi dalam urutan kastanya.
Sementara itu agama Hindu di Indonesia (Bali) cenderung memberikan interpretasi terhadap ajaran kasta dan tidak terlalu terikat oleh kalahiran (Verna) melainkan dapat berubah sesuai dengan kemampuan pribadinya. Seseorang yang cenderung menuntut ilmu dari kasta apa saja dapat berpindah ke kasta Brahmana. Begitu juga Ksatria yang berpotensi bisa menjadi tentara. Seorang Waisya tentunya dapat menjadi businessman, konglomerat, ekonom, dan lain-lain. Sudra/paria merupakan para pekerja keras, buruh, dan kuli-kuli bangunan.
Secara ringkas ajaran agama Hindu di Bali kembali sesuai dengan perkembangan adat istiadat di pulau Bali dan sebagian ketentuan perundang-undangan di negara Indonesia yang Pancasilais. Jadi, hal ini terjadi karena adaptasi doktrin terhadap lingkungannya yang menyebabkan adanya perbedaan pola penerapan ajaran itu.[3]  





[1] Djam’annuri, Agama Kita (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2002) Hal. 31
[2] Bahri Ghazali, Agama Masyarakat (Yogyakarta: --- , 2004)
[3] M. Bahri Ghazali, Agama Masyarakat (Yogyakarta: --- , 2004) hal. 42

No comments:

Post a Comment