31 October, 2014

IKHWANUL MUSLIMUN


A.    Sejarah Ikhwanul Muslimun


Pendiri Ikhwanul Muslimun adalah Hassan Al Banna (1906 - 1949). Ia adalah salah satu dari pemikir dunia sepanjang abad. Ikhwanul Muslimun (Society of the Muslim Brother) adalah organisasi pembangkit Suni terbesar dan paling berpengaruh di abad 20. Didirikan di Mesir tahun 1928. Ikhwan menjadi dasar pergerakan massa pertama, atas pergerakan politik melawan kekuasaan sekuler dan pandangan Barat di Timur Tengah. Ikhwanul Muslimun menganggap sekularisme dan budaya barat manjadi awal kerusakan masyarakat Islam di dunia modern. Mereka mengajak kaum Muslimin untuk kembali kepada ajaran Islam yang murni. Oleh karena itu orang-orang menyebut Al Banna sebagai bapak dari umat Islam fundamentalis.[1]
Islam menurut pemahaman Al Ikhwanul Muslimun adalah sistem yang mengatur segala urusan kehidupan berbangsa dan bernegara, mengatur hajat hidup manusia sepanjang masa, waktu, dan tempat. Islam lebih sempurna dan lebih mulia dibanding perhiasan kehidupan dunia, khususnya pada masalah duniawi, karena Islam meletakkan kaidah-kaidah secara sempurna pada setiap bagiannya, memberikan petunjuk ke jalan yang lurus dijadikan sebagai manhajul hayat (life style), dipraktekkan dan selalu berada di atas relnya.
Dakwah mereka adalah salafiah, karena mereka selalu mengajak umat untuk kembali kepada Islam, kepada penuntunnya yang suci, kepada kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Al Ikhwan adalah thariqoh sunniyah (beraliran sunni), karena membawa jiwa mereka pada perbuatan dan dalam segala urusan sesuai dengan sunnah yang suci khususnya pada masalah akidah dan ibadah.
Al Ikhwan adalah jamaah sufiah, mereka memahami bahwa dasar kebaikan adalah kesucian jiwa, kebersihan hati, kelapangan dada, kewajiban beramal, jauh dari akhlak tercela, cinta karena Allah dan ukhuwah karena Allah.

B.     Prinsip-prinsip Al Ikhwanul Muslimun
Adapun prinsip-prinsip dakwah Ikhwanul Muslimun adalah sebagai berikut:
·         Bahwa kami adalah umat yang tidak memiliki kemuliaan dan izzah kecuali dengan Islam baik akidah, ideologi, dan perbuatan.
·         Bahwa Islam adalah solusi dari segala permasalahan umat; politik, ekonomi masyarakat; internal dan eksternal.
·         Bahwa dengan Islam akan tercipta kemapanan untuk hidup layak dari setiap manusia.
·         Bahwa penjajahan dan perampasan suatu negeri tidak akan selesai kecuali dengan mengangkat bendera Islam dan mengikrarkan jihad.
·         Bahwa persatuan negara Arab tidak terwujud kecuali dengan Islam.
·         Bahwa usaha untuk mendirikan pemerintahan Islami adalah kewajiban.
·         Bahwa mendirikan negara Islam merupakan keniscayaan dibanding yang lainnya.
·         Bahwa hanya dengan penerapan Islam menjadikan persatuan umat memiliki derajat kekuatan yang tinggi dalam bidang materi dan immateri, produksi dan kontribusi, dan distribusi secara merata.
Beberapa prinsip yang termaktub dalam al Qur’an dan Sunnah yang harus dipegang teguh oleh insan muslim, rumah tangga Islami, masyarakat Islami, negara dan umat Islam adalah:
·         Robbaniyah; segala sesuatunya harus berkomitmen dengan apa yang diridhoi Allah, mentaati perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
·         Menjaga jati diri manusia dari hal-hal yang dapat membuat Allah murka, mulia dari segala yang rendah, dan berusaha menggapai tingkat kesucian diri (ikhlas).
·         Beriman pada hari kebangkitan, perhitungan, pembalasan, dan siksaan.
·         Bangga dengan ikatan ukhuwah sesama manusia dan melaksanakan hak-haknya.
·         Perhatian dengan peran wanita dan laki-laki sebagai sekutu yang tidak dapat dipisahkan dalam membangun masyarakat.
·         Kemerdekaan, kepemilikan dan musyarakah, hak untuk hidup, bekerja, dan mendapatkan ketenangan adalah hak mendasar setiap warga, di bawah naungan keadilan, persamaan dan undang-undang secara adil.
·         Nilai-nilai dan akhlak merupakan jaminan ketenangan dan tegas dalam memerangi kemungkaran dan kerusakan.
·         Kesatuan umat merupakan hakikat yang harus diwujudkan dan direalisasikan.
·         Jihad merupakan jalan satu-satunya bagi umat.

C.     Misi dan Tujuan Ikhwanul Muslimun
Hasan Al Banna menyampaikan misi dan tujuan yang ingin dicapai jamaah, beliau berkata: “Kami menginginkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan dakwah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam.”[2] Sebagaimana beliau juga memfokuskan dua target utama yaitu:
1.      Membebaskan negeri Islam dari kekuasaan asing, karena merupakan hak alami setiap manusia yang tidak boleh dipugkiri kecuali orang yang dzalim, jahat, atau biadab.
2.      Mendirikan negara Islam, yang bebas dalam menerapkan hukum Islam dan sistem yang Islami, memproklamirkan prinsip-prinsip yang mulia, menyampaikan dakwah dengan bijak kepada umat manusia. Jika hal ini tidak terwujudkan maka seluruh kaum muslimin berdosa, dan akan diminta pertanggungjawabannya dihadapan Allah karena keengganan mendirikan daulah Islam dan hanya berdiam diri.
Imam Syahid juga menyampaikan tujuan periodik yang harus dicapai oleh kau muslimin, yaitu :
1.      Membentuk sosok muslim yang berbadan kuat, berakhlak sejati, berpikiran luas, mempu bekerja dan mencari nafkah, berakidah suci, beribadah yang benar, berjiwa sungguh-sungguh, pandai mengatur waktu, disiplin dalam segala urusannya, dan bermanfaat begi orang lain, masyarakat, dan negaranya.
2.      Membentuk rumah tangga Islami, memelihara adab-adab dan akhlak-akhlak Islami dalam segala aspek kehidupan rumah tangga dan masyarakat. Jika terbentuk rumah tangga Islami, maka akan terwujud pula masyarakat muslim yang menyebar kesegala oenjuru dan aspek dakwah yang mengajak pada kebaikan dan memerangi keburukan dan kemungkaran, memotivasi perbuatan baik dan produktif, memiliki sifat amanah, memberi dan itsar.

D.    Sarana Ikhwanul Muslimun
Berbicara tentang tujuan menurut Ikhwanul Muslimun erat hubungannya dengan sarana yang membantu dan membuka jalan agar tercapai tujuan yang diharapkan.
1.      Insan Muslim
Sarana untuk membentuk manusia yang memiliki karakter sejati dalam akidah, keimanan, pemahaman, amal dan kontribusinya adalah terangkum pada beberapa hal berikut:
·         Murabbi yang bergerak dalam pembinaan dan pembentukan.
·         Metode yang tersusun dalam manhaj.
·         Lingkungan yang memiliki ideologi dan kemampuan memadai.
Jama’ah Ikhwanul Muslimun memiliki perhatian yang sangat besar terhadap terbiyah (pendidikan), karena hal itu merupakan jalan menuju orisinalitas pemahaman, pembenaran, dan pendisiplinan gerak dan perbuatan, menjelaskan yang halal dan yang haram, guna meraih ganjaran dan pahala dari Allah. Hal tersebut berguna untuk mengokohkan dan memurnikan nilai-nilai, karakter ukhuwah, dan tsiqoh.
2.      Rumah tangga muslim
Hal-hal yang dapat direalisasikan guna menuju rumah tangga muslim antara lain:
a.       Memberikan kepada setiap muslim perhatian yang diinginkan terhadap rumah tangganya baik terhadap suami atau isteri.
b.      Memberikan aktivitas keewanitaan haknya dalam membaca, menulis, liqo, dan halaqoh kewanitaan, serta kegiatan lain yang dibutuhkan oleh kaum wanita.
c.       Memilih pasangan wanita yang shalihah dan pasangan lelaki yang shalih.
d.      Mengikutsertakan anak pada kegiatan dan aktivitas yang bermanfaat.
e.       Membuat dan membentuk perangkat yang dapat memelihara agenda keluarga dari berbagai tingkatannya, merinci peranan wanita muslimah dalam berbagai kegiatan, aktivitas dan pembinaan.
f.       Membersihkan suasana rumah tangga muslim dari pelanggaran-pelanggaran, dalam bingkai pemberian pengetahuan yang benar terhadap norma-norma dan pesan yang termaktub dalam al Qur’an dan Sunnah.
g.      Berusaha menyingkirkan penghalang yang dapat merubah rumah tangga muslim, baik materi dan non materi.
3.      Masyarakat atau bangsa Islami
Pemerintahan yang Islami tidak akan berdiri dengan sendirinya, namun harus bersandarkan pada keimanan, dan pondasi dari pemahaman yang benar akan mengeksistensikan aktifitas, perjuangan dan usaha; mengharap ganjaran dan balasan yang besar dari Dzat yang telah menurunkan Islam kepada Rasul-Nya, untuk disampaikan kepada manusia sehingga merasuk ke dalam jiwa keimanan yang murni, ke dalam akal fikiran dan pemahaman yang utuh, serta ke dalam al jawarih dalam setiap perbuatan, perilaku, dan politik.
Eksistensi masyarakat muslim atau bangsa muslim adalah melalui pengenalan dan pembentukan. Jadi cara untuk mengeksistensikan bangsa muslim adalah pengenalan terhadap Islam dan jama’ah, membentuk akhlak dan nilai-nilai Islam, etika dan perilaku, melalui halaqah, sarana komunikasi, memalui kitab, risalah, dialog, dan dakwah fardliyah.
4.      Pemerintahan Islami
Bangsa yang Islami adalah sarana menuju pemerintahan Islami, dan bangsa yang Islami memiliki hak dalam memilih pemerintahannya, dan memberikannya kepada siapa saja yang diinginkan.
5.      Negara Islam yang Satu
Negara yang satu di bawah pemimpin tunggal yang berperan dalam pengokohan komitmen terhadap syariat Allah dan penerapannya, memuliakan risalah-Nya, bangga dengan eksistensi Islam di kancah dunia. Adapun sarananya adalah melalui pendahuluan yang benar, berdasar pada kaidah-kaidah yang bersih dan baik, sehingga menjadi bagian dari kemunculan wacana Islam disetiap negeri hingga pada akhirnya dapat merealisasikan agenda terbesar.
6.      Negara Islam Internasional
Tujuannya agar dapat mengokohkan hak setiap insan dimana mereka berada, baik kebebasan, keamanan, mengeluarkan oendapat dan ibadah, hingga mencapai berdirinya negara Islam bersatu. Hal tersebut bukanlah mimpi, namun kenyataan yang diberitakan Rosululloh SAW.
Islam menjadikan ilmu sebagai kewajiban, memotivasi umat untuk menuntutnya dan menguasainya sekalipun tidak berada di negerinya sendiri. Rosululloh SAW bersabda: Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.

E.     Manhaj (metode) Ikhwanul Muslimun
Manhaj Ikhwanul Mislimun sejalan dengan tabiat dakwah. Ikhwanul Muslimun adalah salah satu jamaah dari kaum muslimin yang semenjak berdirinya berusaha untuk memperbaharui Islam dan merealisasikan misinya pada tingkat regional dan internasional, dengan memperhatikan kondisi zaman menuju pemahaman tsaqofah dan wawasan kekinian, memelihara orisinalitas, dan obsesi.
Manhaj Ikhwanul Muslimun memiliki keistimewaan, memiliki kesungguhan dalam memberikan filter kepda insan muslim terhadap sesuatu yang dapat menjauhkan dirinya dari goncangan jiwa dan fitnah, atau tipuan dan terpedaya dengan ideologi yang tidak seimbang. Karena itu adalah penting jika Ikhwanul Muslimun menegaskan bahwa Al Qur’an dan Sunnah adalah sumber manhaj mereka. Dan manhaj Ikhwanul Muslimun disosialisasikan secara ilmiah dan amaliyah sebagai aktivitas dakwah.
Melalui manhaj yang baik maka dihasilkan generasi Ikhwanul Muslimun yang baik pula, bahkan istimewa. Keistimewaan generasi Ikhwanul Muslimun yaitu:
1.      Kesiapan untuk berkorban dan berjasa tanpa batas.
2.      Kesiapan untuk menghadapi cobaan-cobaan dan kesulitan.[3]
Manhaj Ikhwanul Muslimun dalam melakukan perbaikan masyarakat dan tarbiiyah tampak pada karakter tujuan asasi yang menjadi fokus dan perhatian jamaah, diantaranya adalah :
1.      Rabbaniyah
2.      Bersentuhan dengan jiwa kemanusiaan
3.      Meyakini adanya ganjaran dan balasan
4.      Memproklamirkan persaudaraan insani
5.      Laki-laki dan wanita bersatu dalam berkontribusi membangun masyarakat, memiliki porsi masing-masing agar lebih fokus dan kuat terhadap misinya masing-masing.
6.      Tawazun (seimbang) dalam memenuhi hajat ruh dan jasad.
7.      Memberikan jaminan kepada masyarakat hak untuk hidup, mendapatkan keamanan, kebebasan, pemilikan, aktivitas, kesehatan, dan mengeluarkan pendapat.
8.      Menegaskan pentingya persatuan, dan tercelanya perpecahan, berusaha menghilangkan perkhilafan dan perdebatan.






[1] Ahmad Munif dan Muhammad Shaleh, Tokoh Arab (Ummu Kulthum sampai Saddam Hussein) (Yogyakarta: Kota Kembang, 2003) Hlm. 1
[2] Yusuf Al Qardhawi, 70 Tahun Al-Ikhwan Al-Muslimun (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999) hal. 81
[3] Yusuf Qhardawi, 70 Tahun Al-Ikhwan Al-Muslimun (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999) Hal. 74

No comments:

Post a Comment