14 September, 2008

Perkembangan Fisik, Kognisi, Emosi, dan Bahasa Pada Masa Remaja

Para ahli psikologi yang menganggap masa remaja sebagai masa transisi dari masa anak-anak kemasa remaja, yaitu saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dikatakan dewasa.”[1] Saat anak mengalami masa remajanya tidak sama waktunya di tiap-tiap Negara. Lalu apa saja ciri-ciri remaja tersebut? Adapun beberapa ciri yang harus diketahui adalah: 

Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan dewasa. Untuk mengimbangi pertumbuhan cepat itu, remaja membutuhkan makan dan tidurnya.
Perkembangan fisik mereka jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, otot-otot tubuh berkembang pesat, sehingga anak kelihatan bertubuh tinggi, tetapi kepalanya masih mirip dengan anak-anak.

Perkembangan seksual
Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri, dan sebagainya. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya yaitu alat produksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi (datang bulan) yang pertama.

Ciri-ciri lainnya yang ada pada anak laki-laki ialah pada lehernya yang menonjol (namanya buah jakun) yang membuat nada suaranya menjadi pecah. Sehubungan dengan hal itu bila orang tua, kakak-kakaknya menggodanya, bisa menimbulkan masalah bagi anak itu. Kemudian diatas bibir dan disekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu (rambut). Sedangkan pada anak perempuan, karena produksi hormone dalam tubuhnya, dipermukaan wajahnya bertumbuhan jerawat. Bila gadis yang sedang berjerawat itu diejek, bisa juga menimbilkan masalah. Selain tanda-tanda itu, terjadi penimbunan lemak yang membuat buah dadanya mulai tumbuh, pinggulnya mulai melebar, dan pahanya membesar. Bila hal ini terjadi lebih cepat atau lebih lambat juga bisa menimbulkan masalah bagi anak itu.

Cara berpikir kausalitas
Ciri ketiga adalah berpikir kausalitas, yaitu menyambut hubungan sebab akibat. Misalnya remaja duduk di depan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang” (suatu alaasan yang bisa diberikan orang-orang tua di Sumatera secara turun temurun). Andaikan yang dilarang itu anak kecil, pastu ia akan menuruti perintah orang tuanya. Tetapi remaja yang dilarang itu akan mempertanyakan mengapa ia tidak boleh duduk di depan pintu. Bila orang tua tidak mampu menjawab pertanyaan anak itu dan menganggap anak yang dinasehati itu melawan, lalu ia marah kepada anaknya, maka anak yang menginjak remaja itu pasti akan melawannya. Sebeb anak itu merasa dirinya sudah berstatus remaja, sedangkan orang tua suka memperlakukannya sebagai anak-anak yang dibodoh-bodohi. Guru akan mendapat perlawanan bila ia tidak mengerti cara berpikir remaja yang kausalitas.

Remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Bila guru dan orang tua tidak memahami cara berpikir remaja, akibatnya timbullah kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar yang sering terjadi di kota-kota besar.

Emosi yang meluap–luap
Keadaan emosi remaja labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormone. Suatu saat ia bisa sedih sekali, dilain waktu ia bisa marah sekali. Hal ini terlihat pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya karena misalnya, dipelototi. Kalau sedang senang-senangnya, mereka meluapkan kesenangan itu. Bahkan remaja mudah terjerumus kedalam tindakan tidak bermoral. Misalnya remaja yang sedang asik berpacaran bisa terlanjur hamil sebelum mereka dinikahkan (MBA : Married Be Accident), bunuh diri karena putus cintanya, membunuh orang karena marah, dan sebagainya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka dari pada pikiran yang realistis.

Mulai tertarik kepada lawan jenisnya
Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti kemudian melarangnya, akan menimbulkan masalah dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orang tuanya.Menarik perhatian lingkunganPada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan seperti kegiatan remaja di kampong-kampung yang diberi paranan. Misalnya mengumpulkan dana atau sumbangan kampung, pasti ia akan melaksanakannya dengan baik. Bila tidak diberi peranan, ia akan melakukan perkelahian atau kenakalan remaja lainnya. Remaja akan berusaha mencari peranan di luar rumah bila orang tua tidak memberi peranan kepadanya karena menganggapnya sebagai anak kecil.

Terikat dengan kelompok
Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Apa-apa yang diperbuatnya ingin sama dengan anggota kelompok lainnya, kalau tidak sama ia akan merasa turun harga dirinya dan menjadi rendah diri.
Kelompok atau “gank” sebenarnya tidak membahayakan asalkan saja kita bisa mengarahkan jiwa kita sebagai remaja. Sebeb dalam kelompok itu kaum remaja dapat memenuhi kebutuhannya, misalnya kebutuhan dimengerti, kebutuhan dianggap, diperhatikan, kebutuhan mencari pengalaman baru, kebutuhan berprestasi, kebutuhan diterima statusnya, kebutuhan harga diri, rasa aman, yang belum tentu dapat diperoleh di rumah maupun di sekolah.

Perkembangan Fisik, Kognisi, Emosi, dan Bahasa

Perkembangan fisik
Dalam psikologi, ada kata “puer” artinya anak besar. Masa pueral merupakan bagian akhir.dari masa anak sekolah. Puer adalah anak yang tidak suka lagi diperlakukan sebagai anak, tetapi ia belum termasuk golongan dewasa. Adapun perkembangan fisik ini, bisa dibagi dua:1. Perkembangan jasmaniPertumbuhan fisik ini berhubungan dengan aspek-aspek anatomik maupun aspek-aspek fisiologiknya. Dalam bagian ini akan dibicarakan fenomena-fenomena pokok seperti percepatan pertumbuhan serta pemasakan seksual.[2]Tidak banyak kita ketahui tentang perkembangan jasmani ini karena masa pueral dialami dalam tempo yang singkat saja. Anak laki-laki merasa badannya bertambah kuat dari keadaannya dimasa-masa yang lalu.

Pertambahan kekuatan ini diikuti tanda lebih berani, senang beramai-ramai, suka mengganggu orang lain, menimbulkan perselisihan dan perkelahian. Sebagian besar sifat-sifat yang tampak pada anak laki-laki itu tidak begitu jelas kelihatan ketimbang pada anak perempuan. Suatu keistimewaan pada anak perempuan adalah mereka suka tertawa riuh dan gembisa sekali.“Di Norwegia, menarhe atau haid pertama itu sekarang terjadi pada usia 13 tahun keatas, dibanding dengan usia 17 tahun pada 1840-an. Di Amerika Serikat dimana anak-anak di negara Eropa rata-rata usia menarhe menurun dari 14,2 tahun pada tahun 1900 menjadi kira-kira 12,45 tahun dewasa ini. Usia haid pertama menurun rata-rata 4 bulan pada dasawarsa selama satu abad terakhir (petersen, 1989). Ini semua terjadi karena pada masa puber tingkat gizi dan kesehatan yang lebih baik. Menarhe atau haid adalah sebuah peristiwa yang menandai masa pubertas, namun bukan satu-satunya ciri yang muncul.”[3]2. Perkembangan psikis / mentalPueral ingin diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Ia tidak mau diperlakukan sebagai anak-anak. Mereka suka mencetuskan perasaannya, jika dianggap perlu sampai memberontak tetapi belum dapat dikatakan menentang kewibawaan orang tua atau gurunya. Segera setelah kejadian itu biasanya mereka ingin damai kembali.Mereka menganggap kekuasaan orang tua sebagai suatu hal yang sudah semestinya, asalkan orang tua bertindak bijaksana. Mereka membutuhkan pemimpin yang jujur, tegas, dan tindakannya tidak menyinggung rasa harga dirinya.Guru yang baik sikapnya sangat ditaati karena pueral sudah kritis, tidak begitu saja menerima segala sesuatu. Perbuatan yang buruk dipandang buruk karena perbuatan itu merugikan bagi dirinya sendiri, bukan karena bentuk perbuatan itu memang buruk adanya.Dalam masa pueral perasaan harga diri bertambah kuat. Keberanian melewati batas, suka menyombongkan diri, suka bertindak tidak sopan dan gemar akan pengalaman yang luar biasa.[4]Perkembangan kognisiSeperti apakah kognisi kita dalam masa remaja? Kognisi menurut Bloom adalah sama dengan ingatan / pengetahuan. Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala kognitif dan cakrawala sosial yang baru. Pemikiran mereka semakin bersifat abstrak, logis dan idealistis, lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia sosial.[5]Perkembangan emosiMenurut teori Bloom, perkembangan emosi dapat dilihat dari 3 ranah yaitu kognisi / pengetahuan, emosi / afeksi, dan psikomotorik / kehendak.Pada ranah kedua, tentang emosi, remaja lebih erat kepada masa orientasi diri. Dia akan mencari siapa dirinya sebenarnya. Ada 3 hal yang dijadikan sebagai pertanyaan menyangkut orientasi tersebut, yaitu: “Siapa saya?”, “Siapa dia?” dan “Siapa saja?”Menurut Hurlock, perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Perkembangan emosi sangat tergantung pada sejauh mana individu dapat mengerti rangsangan yang diterimanya. Otak remaja yang lebih matang memungkinkan remaja tersebut memiliki emosi yang lebih kaya. Selain itu, faktor belajar juga sangat besar pengaruhnya, terutama dalam menentukan cara pengungkapan emosinya.Perkembangan bahasaSetelah kita mengetahui aspek perkembangan kognisi dan emosi yang terjadi pada masa remaja, berikut kita akan membahas tentang aspek bahasa. Seperti apakah perkembangan bahasa pada masa remaja itu? Bahasa merupakan alat transformasi pikiran / perasaan manusia dalam hidup. Dengan kemampuan berbahasa itu manusia dapat beradaptasi dan bersosial dengan baik. Perkembangan bahasa yang terjadi pada masa remaja sangat erat sekali kaitannya dengan perkembangan kognisi dan emosi si remaja itu. Dengan kognisi ( pengetahuan) dan emosi ( orientasi ) yang baik maka seorang remaja akan mampu bersosial ( aktualisasi bahasa ) se-prima mungkin. Aktualisasi bahasa yang tampak bersifat tegas, logik, idealistis, dan relatif.Perkembangan bahasa pada masa remaja lebih matang dari pada masa anak-anak. Remaja lebih berani untuk mengungkapkan suatu hal yang dianggap benar bagi dirinya sendiri, tetapi belum tentu benar bagi orang lain. Oleh karena itu remaja kadangkala bersifat egois. Jalan pikirannya egosentris, segala sesuatu masih dilihat dari sudut pandangnya sendiri.

Daftar Pustaka

http//:www.google.com/ perkembangan remaja
Monks, F. J, A.M.P. knoers dan Siti Haditono Rahayu. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1991
W. Santrock, John. Perkembangan Masa Hidup (Life-Spain Development). Jakarta: Erlangga. 2002
Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005[1]
Zulkifli, Psikologi Perkembangan (Remaja Rosdakarya: Bandung, 2005) halaman 63[2]
F. J. Monks, dkk, Psikologi Perkembangan (Gajah Mada University Press: Yogyakarta, 1991) halaman 221[3]
John. W. Santrock, Perkembangan Masa Hidup (Life-Spain Development) (Erlangga: Jakarta, 202) halaman 7[4] Loc. Cit. halaman 68[5] Op. Cit. halaman 10

Anda mungkin juga ingin membaca :

No comments:

Post a Comment