Disusun oleh:
Ahirul Hasanah
Strategi Mengajar
Judul Buku : Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif
Penulis : Melvin L. Silberman
Penerbit : PT Nusamedia dan PT Nuansa, Bandung
Cetakan : III (Edisi Revesi), Maret 2006
I. Memperkenalkan Belajar Aktif
Lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius menyatakan:
Yang saya dengar, saya lupa.
Yang saya lihat, saya ingat.
Yang saya kerjakan, saya pahami.
Tiga pertanyaan sederhana ini berbicara banyak tentang perlunya belajar aktif. Penulis telah memodifikasi dan memperluas kata-kata bijak Konfusius itu menjadi apa yang penulis sebut Paham Belajar Aktif.
Yang saya dengar, saya lupa.
Yang saya dengan dan lihat, saya sedikit ingat.
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami.
Dari yang dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan.
Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
Ada sejumlah alas an mengapa sebagian besar orang cenderung lupa tentang apa yang mereka dengar. Salah satu alas an yang paling menarik ada kaitannya dengan tingkat kecepatan bicara guru dan tingkat kecepatan pendengaran siswa.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dalam perkuliahan bergaya ceramah, mahasiswa kurang menaruh perhatian selama 40% dari seluruh waktu kuliah (Polio, 1984). Mahasiswa dapat mengingat 70% dalam 10 menit pertama kuliah, sedangkan dalam 10 menit terakhir, mereka hanya dapat mengingat 20% materi kuliah psikologi yang disampaikan dengan gaya ceramah hanya mengetahui 8% lebih banyak dari kelompok pembanding yang sama sekali belum pernah mengikuti kuliah itu (Rickard, dkk., 1988). Bayangkan apa yang bisa didapatkan dari pemberian kuliah dengan cara seperti itu di perguruan tinggi!
Dua figure terkenal dalam gerakan pendidikan kooperatif, David dan Roger Johnson, bersama Karl Smith, mengemukakan beberapa persoalan berkenaan dengan perkuliahan yang berkepanjangan (Johnson, Johnson, & Smith, 1991):
· Perhatian mahasiswa menurun seiring berlalunya waktu.
· Cara kuliah macam ini hanya menarik bagi peserta didik auditori.
· Cara ini cenderung mengakibatkan kurangnya proses belajar tentang informasi factual.
· Cara ini mengasumsikan bahwa mahasiswa memerlukan informasi yang sama dengan langkah penyampain yang sama pula.
· Mahasiswa cenderung tidak menyukainya.
Dengan menambahkan media visual pada pemberian pelajaran, ingatan akan meningkat dari 14 hingga 38% (Pike, 1989). Penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan hingga 200% ketika digunakan media visual dalam mengajarkan kosa kata! Tidak hanya itu, waktu yang diperlukan untuk menyajikan sebuah konsep dapat berkurang hingga 40% ketika media visual digunakan untuk mendukung presentasi lisan. Sebuah gambar barangkali tidak memiliki ribuan kata, namun ia tiga kali lebih efektif ketimbang kata-kata saja.
Ketika pengajaran memiliki dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikanakan menjadi lebih kuat berkat kedua sistem penyampaian itu. Juga, sebagian siswa, menyukai satu cara penyampaian ketimbang cara yang lain. Dengan menggunakan keduanya, kita memilki peluang yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dari dari beberapa tipe siswa. Namun demikian, belajar tidaklah cukup hanya dengan mendengarkan atau melihat sesuatu.
Menurut John Holt (1967), proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut:
1. Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri.
2. Memberikan contahnya.
3. Mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi.
4. Melihat kaitan antara informasi itu dengna fakta atau gagasan lain.
5. Menggunakannya dengan beragam cara.
6. Memprediksikan sejumlah konsekuensinya.
7. Menyebutkan lawan atau kebalikannya.
Gaya Belajar
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Peserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori, yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru, dan membuat catatan. Mereka mengandalkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka cenderung impulsive, semua-gue, dan kurang sabar. Selama pelajaran, mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu. Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tidak karuan.
Sisi Sosial Proses Belajar
Karena siswa masa kini menghadapi dunia di mana terdapat pengetahuan yang luas, perubahan pesat, dan ketidakpastian, mereaka bisa mengalami kegelisahan dan bersikap defensive. Abraham Maslow mengajarkan kepada kita bahwa manusia memilki dua kumpulan kekuatan atau kebutuhan yang satu berupaya untuk tumbuh dan yang lain condong kepada keamanan. Orang yang dihadapkan pada kedua kebutuhan ini akan memilih keamanan ketimbang pertumbuhan. Menurut Maslow, dan “tiap langkah maju hanya dimungkinkan bila ada suasana rumah yang aman menuju wilayah yang belum diketahui” (Maslow, 1968).
Salah satu cara utama untuk mendapatkan rasa aman adalah menjalin hubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok. Perasaan saling memiliki ini memungkinkan siswa untuk menghadapi tantangan. Ketika mereka belajar bersama teman, bukannya sendiria, mereka mendapatkan dukungan emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui ambang pengetahuan dan keterampilan mereka yang sekarang.
Bagaimana Menjadikan Siswa Aktif Sejak Awal
Bagian ini berisi pembuka percakapan dan aktivitas pembuka lain untuk segala bentuk pelajaran. Tehnik-tehniknya dirancang untuk mengerjakan salah satu atau beberapa dari yang berikut ini:
· Pembetukan tim: membantu siswa menjadi lebih mengenal satu sama lain atau menciptakan semangat kerjasama dan kesalingtergantungan.
· Penilaian serentak: mempelajari tentang sikap, pengetahuan, dan pengalaman siswa.
· Penerlibatan belajar secara langsung: menciptakan minat awal terhadap pelajaran.
Di samping itu, tehnik-tehnik ini mendorong siswa untuk mengambil peran aktif semenjak awal.
Bagaimana Membantu Siswa Mendapatkan Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap Secara Aktif
Bagian ini keterampilan berisis tehnik-tehnik pengajaran yang bisa digunakan ketika Anda sedang mengajarakan inti dari pelajaran Anda. Tehnik-tehniknya dirancang untuk menghindari atau justru menguatkan cara pengajaran yang didominasi guru. Beraneka macam alternative disediakan, dan semuanya secara halus menekan siswa untuk memikirkan, merasakan, dan menerapkannya.
Alternatif-alternatif itu antara lain:
· Proses belajar satu kelas penuh: Pengajaran yang dipimpin oleh guru yang menstimulasi seluruh siswa.
· Diskusi kelas: Dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama.
· Pengajuan pertanyaan: Siswa meminta penjelasan.
· Kegiatan Belajar kolaboratif: Tugas dikerjakan secara bersama dalam kelompok kecil.
· Pengajaran oleh teman sekelas: Pengajaran yang dilakukan oleh siswa sendiri.
· Kegiatan Belajar Mandiri: Aktivitas belajar yang dilakukan secara perseorangan.
· Kegiatan Belajar Aktif: Kegiatan membantu siswa memahami perasaan, nilai-nilai, dan sikap mereka.
· Pengembangan keterampilan: Mempelajari dan mempraktikan keterampilan, baik teknis maupun non-teknis.
Bagaimana Menjadikan Belajar Tak Terlupakan
Bagian ini berisi cara-cara untuk mengahiri sebuah pelajaran agar siswa mengingat apa yang telah dia pelajari dan memahami cara menerapkannya di masa mendatang. Fokusnya ialah pada apa yang sudah kita jelaskan kepada mereka, namun mereka sudah lupa tentangnya. Tehnik-tehnik dirancang untuk melakukan salah satu atau beberapa dari yang berikut ini:
· Peninjauan: Mengingat dan mengikhtisarkan apa yang telah dipeljari.
· Penilaian diri: mengevaluasi perubahan-perubahan pengetahuan, keterampilan atau sikap.
· Perencanaan masa mendatang: Menentukan bagaimana siswa akan melanjutkan belajarnya setelah pelajaran berakhir.
· Ungkapan perasaan terakhir: Menyampaikan pikiran, perasaan dan persoalan yang dihadapi siswa pada akhir pelajaran.
Masing-masing dari 101 teknik yang akan And baca dalam buku ini dijelaskan dan digambarkan dengan cara berikut:
· Uraian singkat: Pertanyaan tentang tujuan teknik dan lingkup yang tepat untuknya.
· Prosedur: Pengajaran selangkah-demi-selangkah dan penggambaran untuk menunjukkan cara menggunakan tehnik dan menerapkannya dalam pelajaran yang Anda ajarkan.
· Variasi: Saran-saran tentang cara lain dalam menerapkan teknik-teknik itu.
101 STRATEGI BELAJAR AKTIF
A. Sepuluh Tata- Letak Untuk Menyusun Kelas
1. Bentuk U: formasi serba guna. Siswa bisa menggunakan permukaan meja untuk membaca dan menulis, dapat melihat guru dan/ media visual dengan mudah. Dengan formasi ini juga siswa dengan mudah dipasangkan, khususnya bila ada dua tempat duduk per meja.
2. Gaya tim: mengelompokkan meja secara melingkar di dalam ruang kelas memungkinkan guru untuk meningkatkan interaksi tim. Guru juga dapat menyusun kursi dalam bentuk setengah linkaran agar tidak ada siswa yang memebelakangi ruang depan kelas.
3. Meja konferensi: formasi ini sangat baik bila mejanya relative bundar atau persegi. Formasi ini meminimalkan dominasi guru dan memaksimalkan peran siswa. Siswa berbentuk empat persegi panjang bisa menciptakan kesan formal jika guru berada di ujung meja.
4. Lingkaran: interaksi tatap-muka akan lebih baik dengan hanya menempatkan siswa dalam formasi lingkaran tanpa meja. Formasi lingkaran sangat ideal untuk diskusi kelompok besar. Bila ada ruang lingkaran yang memadai, guru dapat meminta siswa untuk menta kursi mereka secara cepat menjadi banyak formasi sub-kelompok.
5. Kelompok pada kelompok: formasi ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi terbuka atau mebuat drama, debat, atau melakukan pengamatan aktivitas kelompok.
6. Ruang kerja; formasi ini cocok untuk lingkungan aktif khas laboratorium di mana siswa duduk di ruang kerja untuk mengerjakan soal atau tugas (misalnya hitung-hitungan, dll.)cara yang bagus untuk mendorong kemitraan dalam belajar adalah dengan menempatkan dua sisw pada tempat kerja yang sama.
7. Pengelompokan terpencar: jika ruang cukup besar, tempatkanlah meja dan/ kursi yang bisa digunakan oleh sub-sub kelompok untuk melakukan aktivitas belajar berbasis-tim. Usahakan agar susunan berpencar ini cukup berjauhan agar tim-tim yang ada tidak saling menggangggu. Namun hindarilah pemencaran tim yang terlalu jauh agar memudahkan untuk melakukan hubungan antar tim.
8. Formasi tanda pangkat: sususnan ruang kelas tradisional (deretan meja kursi) tidak kondusif bagi pelaksanaan belajar aktif, bila terdapat sejumlah siswa (30 atau lebih).
9. Ruang kelas tradisional: jika memang tidak memungkinkan untuk membuat formasi lengkung, cobalah untuk mengelompokkan kursi secara berpasangan.
10. Auditorium: lingkungan auditorium memang kurang kondusif untuk kegiatan blajar aktif, namun masih ada harapan untuk itu. Jika kursinya bisa dipindah, tempatkanlah dalam bentuk busur untuk menciptakan kedekatan dan siswa bisa melihat bagian depan kelas dengan lebih jelas. Bila kursi tidak dapat dipindah perintahkan siswa untuk duduk berdekatan.
A. Sepuluh Metode Untuk Mendapatkan Partisipasi Kapanpun
1. Diskusi terbuka: ajukan pertanyaan dan lemparkan kepada seluruh kelompok tanpa melakukan pengaturan lebih lanjut, diskusi terbuka yang sifatnya langsung sangatlah menarik.
2. Kartu jawaban: bagikan kartu indeks dan mintakan jawaban atas pertanyaan Anda tanpa menyertakan nama. Serahkan atau sebarkan kartu indeks itu kepada semua kelompok.gunakan kartu jawaban untuk melindungi privasi dari jawaban yang bisa menyinggung perasaan.
3. Jajak-pendapat: susunlah sebuah survey singkat yand diisi dan dihitung hasilnya di tempat itu juga, atau lakukan pemungutan suara secara lisan. Jika menggunakan survey secara lisan, mintalah siswa untuk mengacungkan jari atau kartu jawaban.
4. Diskusi subkelompok: bagilah siswa menjadi sub-sub kelompok yang terdiri dari tiga anggota atau lebih untuk berbagi (mencatat informasi). Ini salah satu metode utama untuk mendapatkan partisipasi seluruh siswa.
5. Mitra belajar: perintahkan siswa untuk mengerjakan tugas atau mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan utama dengan siswa yang duduk sebelahnya.
6. Penyemangat: datangi semua kelompok dan mintailah jawaban singkat atas pertanyaan utama. Gunakan kalimat penyemangat bila Anda menginginkan sesuatu secara cepat dari siswa.
7. Panel: perintahkan sejumlah kecil siswa untuk mengemukakan pendapat mereka di depan kelas. Lakukan penggiliran panelis agar semuanya bisa berpartisipasi.
8. Ruang terbuka (Fishbowl): perintahkan sebagian siswa untuk membentuk lingkaran diskusi, dan perintahkan sebagian lain untuk membentuk lingkaran pendengar di sekeliling mereka. gunakan formasi ruang terbuka untuk membantu pemfokusan pada diskusi kelompok besar. Lakukan pergantian peran agar tidak membosankan.
9. Permainan: gunakan latihan yang menyenangkan atau permainan kuis untuk memancing pendapat, pengetahuan atau keterampilan siswa. Misalnya tayangan TV “Family 100”, “Tebak Kata” bisa sebagai landasan untuk mendorong siswa agar berpartisipasi.
10. Memanggil pembicara selanjutnya:perinyahkan siswa untuk tunjuk jari ketika mereka ingin berbagi pendapat, dan perintahkan agar pembicara yang sekarang untuk menunjuk pembicara berikutnya.
B. Sepuluh Tugas Untuk Mendapatkan Mitra Belajar
1. Diskusikan sebuah dokumen singkat secara bersama.
2. Wawancarailah satu sama lain mengenai reaksi terhadap bacaan, pengajaran, tayangan video, atau kegiatan pendidikan lain yang diberikan.
3. Kritik atau suntinglah karya tertulis pasangan masing-masing.
4. Ajukan pertanyaan kepada pasangan kalian tentang bacaan yang diberikan.
5. Ikhtisarkan sesi pelajaran atau pokok bahasan bersama.
6. Susunlah pertanyaan secara bersama untuk diajukan kepada guru.
7. Analisislah soal cerita, latihan, atau eksperimen secara bersama.
8. Lakukanlah tes kepada satu sama lain.
9. Jawablah pertanyaan yang diajukan oleh guru.
10. Bandingkan catatan yang dibuat di dalam kelas.
C. Sepuluh Pertanyaan Untuk Mengetahui Harapan Siswa
1. Pertanyaan apakah yang kalian miliki (tentang mata pelajaran di kelas)?
2. Informasi atau keterampilan apakah yang ingin kalian dapatkan dari mata pelajaran ini?
3. Informasi atau keterampilan apakah yang tidak kalian butuhkan atau inginkan?
4. Apa yang ingin kalian bawa pulang dari pelajaran ini? Sebutkan.
5. Apa harapan kalian untuk pelajaran ini? Apa yang menjadi persoalan kalian?
6. Apakah tujuan pelajaran ini sesuai dengan apa yang kalian butuhkan?
7. Pengetahuan atau keterampilan apakah yang menurut kalian perlu dimiliki? Manakah yang lebih baik untuk dimiliki?
8. Apa perkiraan kalian tentang pelajaran ini?
9. Mengapa kalian mmilih pelajaran ini 9jika pelajaran ini memang bersifat pilihan)? Mengapa kalian hadir?
10. Apa yang telah kalian dapatkan dari pelajaran sebelumnya terkait dengan topik ini?
D. Sepuluh Saran Untuk Mengefektifkan Pengajaran Dengan Ceramah
Membangkitkan minat
1. Paparkan kisah atau tayangan menarik: sajikan anekdot yang relevan, kisah fiksi, kartun, atau gambar grafis yang bisa menarik perhatian siswa terhadap apa yang nantinya akan Anda ajarkan.
2. Ajukan soal cerita: ajukan soal yang nantinya akan menjadi bahan sajian dalam ceramah pengajaran.
3. Pertanyaan penguji: ajukan pertanyaan kepada siswa (sekalipun mereka baru sedikit memiliki pengetahuan tentang mata pelajaran) agar mereka termotivasi untuk mendengarkan ceramah Anda dalam rangka mendapatkan jawaban.
Memaksimalkan pengetahuan dan pengingatan
5. Headline/kepala berita: susunlah kembali poin-poin utama dalam ceramah menjadi kata-kata kunci yang berfungsi sebagai subjudul verbal atau bantuan mengingat.
6. Contoh dan analogi: berikan gambaran nyata tentang gagasan dalam penceramahan dan, jika memungkinkan, buatlah perbandingan antara materi Anda dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa.
7. Cadangan visual: gunakan grafik lipat, transparansi, buku pegangan dan peragaan yang memungkinkan siswa melihat dan mendengar apa yang Anda katakana.
Melibatkan siswa selama penceramahan
9. Tantangan kecil: lakukan interupsi ceramah secara berkala dan tantanglah siswa untuk memberikan contoh tentang konsep-konsep yang telah disajikan selama ini atau untuk menjawab pertanyaan kuis ringan.
10. Latihan yang memperjelas: selama menyajikan materi selingilah dengan kegiatan yang memperjelas hal-hal yang Anda sampaikan.
Memperkuat apa yang telah disampaikan
12. Soal penerapan: ajukan masalah atau pertanyaan untuk dipecahkan oleh siswa berdasarkan informasi yang disampaikan selama pengajaran.
13. Tinjauan siswa: perintahkan siswa untuk meninjau isi dari penyampaian pelajaran kepada sesame siswa, atau berilah mereka tes penilaian diri.
E. Sepuluh Kiat Memfasilitasi Diskusi
1. Kemukakan kembali Apa yang telah dikatakan siswa agar ia merasa bahwa pendapatnya telah dipahami dan siswa yang lain bisa mendengarkan ikhtisar dari apa yang telah disampaikan secara panjang-lebar:
Oo..jadi yang kamu maksud adalah……
2. Pastikan Anda memahami kata-kata yang disampaikan oleh siswa atau perintahkan siswa untuk memperjelas apa yang dia maksud:
apakah yang hendak katakana adalah………….bisakah kamu jelaskan lebih gamblang lagi?
3. Berikan pujian kepada pendapat yang menarik dan mendalam:
Itu pendapat yang bagus. Saya senang kamu mengemukakannya pada kita semua.
4. Perjelas sumbang saran siswa terhadap diskusi dengan menggunakan contoh, atau sarankan cara baru untuk membahas persoalan:
Pendapat kamu mengandung hal menarik dari perspektif dari perspektif minoritas. Kita juga dapat mempertimbangkan bagaimana pihak mayoritas memandang situasi yang sama.
5. Semarakkan diskusi dengan mempercepat prosesnya, menggunakan humor, atau jika perlu, dengan memacu semangat kelompok untuk memberikan lebih banyak sumbang-saran:
Waaah…rupanya siswa di sini kalem-kalem semua!nih ada tantangan buat kalian.
6. Tunjukkan ketidaksepahaman (dengan halus) terhadap pendapat siswa untuk memicu diskusi lebih lanjut:
Rupanya bapak paham apa maksud kamu, tapi saya tidak yakin apa yang kamu jelaskan itu benar….
7. Perantarai perbedaan pendapat antar siswa, dan redakan ketegangan yang mungkin timbul:
Menurut bapak, Susan dan Mary tidak benar-benar berselisih pendapat, mereka hanya mengemukakan dua sisi yang berbeda dari persoalan ini.
8. Tampung semua pendapat, tunjukkan kaitannya satu sama lain.
9. Ubahlah proses kelompok dengan mengubah metode untuk mengundang partisipasi atau menghantarkan kelompok menuju tahap evaluasi gagasan yang telah dikemukakan sebalum dibentuknya kelompok.
10. Ikhtisarkan (dan catat bila perlu) pendapat-pendapat utama kelompok.
F. Sepuluh Penghematan Waktu Bila Kegiatan belajar Aktif Menyita Waktu
1. Mulailah pada waktunya.
2. Berikan instruksi yang jelas.
3. Siapkan informasi visual semenjak awal.
4. Bagikan materi pelajaran secara cepat.
5. Percepat pelaporan sub-kelompok.
6. Jangan biarkan diskusi berlarut-larut.
7. Dapatkan relawan siswa dengna cepat.
8. Bersiaplah menghadapi kelompok yang jenuh atau ogah-ogahan. Sediakan sebuah daftar gagasan, pertanyaan, atau bahkan jawaban, dan perintahkan siswa untuk memilih salah satu yang coco; biasanya, daftar tersebut akan memicu atau pertanyaan dari siswa.
9. Percepat langkah kegiatan dari awal ke waktu. Biasanya, menempatkan siswa dalam tekanan waktu justru akan mmbuat mereka bersemangat dan lebih produktif.
10. Dapatkan perhatian penuh dari siswa.
BELAJAR YANG EFEKTIF
Aktivitas belajar yang efektif membantu siswa mengenali perasaan, nilai-nilai, dan sikap mereka. Topik yang paling teknis sekalipun melibatkan belajar yang efektif. Sebagai contoh, apa gunanya kemampuan menggunakan computer jika siswa cemas dan tidak yakin dengan diri sendiri ketika mereka menggunakan computer? Strategi yang berikut ini dirancang untuk menimbulkan kesadran akan perasaan, nilai-nilai, dan sikap yang menyertai banyak topik kelas. Strategi ini dengan halus mendesak siswa untuk mengenali keyakinan mereka dan bertanya pada diri sendiri apakah mereka memiliki komitmen terhadap cara-cara baru dalam mengerjakan segala hal.
BAGAIMANA MENJADIKAN BELAJAR TIDAK TERLUPAKAN
Sebagian guru mengajar hingga batas akhir masa sekolah, semester, atau bidang studi. Mereka mungkin beranggapan bahwa pada saat akhir mereka dapat menjejalkan lebih banyak informasi dan menyelesaikan topik dan materi yang masih dalam agenda mereka.
Makna dari “menyelesaikan” matapelajaran masih perlu dipertanyakan, karena adakalanya guru hanya sekedar menyelesaikan materi yang masih tersisa. Memaksakan diri untuk mengajar hingga batas akhir seringkali berakibat pada terjadinya pengajaran yang tidak tertata, ada yang terlewatkan, atau ada yang masih belum jelas. Sebaliknya, jika kegiatan belajar bersifat aktif, ada peluang untuk terjadinya pemahaman. Bila kita menyediakan waktu untuk memantapkan apa yang telah dipelajari, maka ada peluang untuk terjadinya pengingatan.
Ada banyak tindakan positif yang bisa kita ambil untuk mnciptakan penutup mata pelajaran yang bermakna dan, barangkali tak terlupakan. Pada bagian ini dibahas dalam empat kategori.
1. Strategi Peninjauan Kembali: bagian ini membahas cara-cara untuk membantu siswa mengingat apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan dan kemampuan mereka yang sekarang. Kita akan menjumpai strategi peninjauan kembali yang menarik bagi siswa dan membantu “menyimpan” pembelajaran yang telah mereka terima.
2. Penilaian-Sendiri: bagian ini memabahas cara-cara untuk membantu siswa menilai apa yang kini mereka ketahui, apa yang kini dapat mereka kerjakan, dan sikap apa yang sekarang mereka pegang. Kita akan menjumpai strategi penilaian yang membantu siswa mengevaluasi kemajuan mereka.
3. Perencanaan Masa Depan: bagian ini membahas cara-cara untuk membantu siswa mempertimbangkan apa yang akan mereka lakukan dalam rangka menerapkan hal-hal yang telah mereka pelajari. Kita akan mendapati strategi perencanaan masa depan yang menghadapkan siswa pada fakta bahwa kegiatan belajar mereka tidak berhenti di ruang kelas.
4. Ucapan Perpisahan: bagian ini membahas cara-cara untuk membantu siswa mengenang pengalaman mereka bersama-sama dan mengungkapkan apresiasi mereka. kita akan mendapati strategi-strategi yang membantu menghadirkan bagian penutup pelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengucapkan perpisahan.
Anda mungkin juga ingin membaca :
No comments:
Post a Comment