20 July, 2014

Pendekatan Ilmu-ilmu Humaniora dalam Studi Islam


Berbicara mengenai ilmu humaniora maka kita akan berkutat langsung dengan diri manusia sebagai sumber sasaran, karena humaniora itu sendiri berasal dari kata human yang berarti manusia. Banyak ilmu-ilmu yang mempelajari tentang manusia diantaranya psikologi, antropologi, dan sosiologi.
A.    Pengertian
Pada dasarnya ilmu humaniora adalah sebuah ilmu yang menerangkan/mempelajari tentang sosial, tingkah laku manusia, lingkungan hidup, dan kebudayaan-kebudayaan bangsa.

B.     Cabang-cabang Ilmu Humaniora
Beberapa cabang dari ilmu humaniora yaitu psikologi, sosiologi, dan antropologi.
1.      Psikologi
Menurut asal katanya psikologi berasal dari kata psyche yang berarti “jiwa” dan logos yang berarti “ilmu”.[1] Jadi secara etimologis (bahasa) psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Dalam konteks studi Islam, ada dua tipe pendekatan terhadap psikologi Islami yaitu: Mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan psikologi dalam hubungannya dengan Islam adalah konsep psikologi modern yang telah kita kenal selama ini yang telah mengalami proses filterisasi dan di dalamnya terdapat wawasan Islam. Jadi, konsep-konsep atau teori aliran-aliran psikologi modern kita terima secara kritis, menurut pandangan ini, tugas kita adalah membuang konsep-konsep yang kontra atau yang anti terhadap Islam. 
 Mereka berpandangan bahwa psikologi modern yang ada dan yang kita kenal pada selama ini bisa saja kita sebut Islami asalkan sesuai dengan pandangan Islam. Salah satu aliran psikologi yang termasuk Islami adalah psikologi Humanistik. Seorang pemikir psikologi Islam berpandangan bahwa teori-teori Psikologi barat dapat kita manfaatkan dan dapat disebut psikologi Islami asalkan praktiknya berwawasan Islam. Ia mengungkapkan bahwa konsep tentang struktur kepribadian manusia yang dibangun oleh tokoh-tokoh modern seperti alam sadar, pra sadar dan tak sadar (psikoanalisis), afeksi, konasi dan kognisi (Behavior) serta dimensi somatis, psikis dan neotik (Humanistik) dll, dapat kita pandang sebagai Islam setelah semua unsur dalam struktur kepribadian tersebut diungkap dalam konsep ruh. 
 Dengan penekanannya pada pengembangan pribadi dan pentingnya pengalaman hidup individu di dunia, tradisi humanistik tergolong unik karena inilah satu-satunya pendekatan psikologi yang cocok dengan gagasan spiritualitas. Walaupun tidak semua pandangan ahli psikologi bersifat spiritual atau religius, walaupun Anda tidak harus menjadi seorang yang religius atau spiritual untuk menerapkan atau menarik manfaat dari psikologi humanistik, namun ada keterkaitan yang kuat antara pendekatan ini dengan keagamaan.
 Berdasarkan penjabaran di atas, psikologi Islam diartikan sebagai perspektif modern dengan membuang konsep-konsep yang tidak sesuai dengan Islam. Psikologi adalah disiplin Ilmu yang sekuler dan karenanya memberikan wawasan Islam terhadap konsep psikologi modern adalah suatu cara agar konsep-konsep yang dipakai mengalami filterisasi dan tidak menyesatkan. Salah satu hal dalam psikologi yang berkaitan dengan dunia Islam sebagai berikut dalam Firman Allah (QS 41: 31), “kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri”. Ayat ini hendak mengungkapkan bahwa di alam semesta ini maupun dalam diri manusia terdapat sesuatu yang menunjukkan adanya tanda-tanda kekuasaan Allah. Yang di maksud dengan “sesuatu” tersebut adalah rahasia-rahasia tentang keadaan alam dan keadaan manusia, maka jadilah manusia sebagai makhluk yang berpengetahuan dan berilmu.
 Dalam hal ini bisa kita lihat lebih dalam bahwa manusia memiliki peranan penting dalam Al-Qur’an, kalau diperhatikan lebih cermat, salah satu istilah yang berkenaan dengan manusia yaitu nafs yang disebut ratusan kali, belum lagi al-naas, al basyar, dan al-insaan. Istilah tersebut menunjukkan betapa Alqur’an banyak sekali berbicara tentang manusia. Secara kompleksitas, dan bisa dijadikan lahan kajian, dalam Al-qur’an banyak yang berbicara tentang diri manusia yang berkaitan dengan psikologi seperti, Nafs, Ruh, Aql, Qolb, Fitrah, Akhlak, dan sebagainya. Jiwa atau Nafs bukanlah hal yang berdiri sendiri. Ia merupakan satu kesatuan dengan keadaan badan. Antara jiwa dan badan muncul suatu kesinambungan yang mencerminkan adanya totalitas dan unitas. 
 Secara garis besar, psikologi juga banyak kaitannya dengan agama, menurut Jalaludin dalam bukunya Psikologi Agama, psikologi agama merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Menurut Prof. Zakiyah Daradjat, menyatakan bahwa lapangan penelitian psikologi agama mencakup proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (terhadap suatu agama yang di anut). Dalam hal ini bisa dikaitkan denga teori humanistik bahwasanya manusia adalah makhluk yang positif, manusia bisa memilih ingin menjadi seperti apa, dan tahu apa yang terbaik bagi dirinya. Dalam hal ini manusia bisa memilih akan menjalankan agama yang dianut seperti apa, mengikuti perasaan hati dan kesadaran atas apa yang dia kerjakan.
 Seperti penjabaran di atas, hasil kajan psikologi juga dapat dimanfaatkan dalam berbagai lapangan kehdupan seperti kehidupan, seperti bidang pendidikan, interaksi sosial, perkembangan manusia dan lain sebagainya. Dalam bidang pendidikan di sini diartikan sebagai upaya sadar yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap pembinaan, bimbingan, pengembangan serta pengarahan potensi yang dimiliki anak agar mereka dapat berfungsi dan berperan sebagai hakikat kejadiannya. Jadi dalam pengertian pendidikan Islam ini tidak hanya dibatasi oleh institusi atau lapangan pendidikan tertentu, pendidikan Islam diartikan dalam ruang lingkup yang luas. Salah satu contohnya pendidikan dalam keluarga, pendidikan pertama pada anak adalah keluarga, dari keluarga anak belajar banyak hal seperti sopan-santun, belajar mengenal agama sampai pada tolerasi dan kasih sayang. Karena ibaranya keluarga merupakan lingkungan kecil yang membentuk suatu karakter pada diri anak. Oleh sebab itu diharapkan orang tua sebagai pendidik sekaligus modelling bagi anak, dapat memberikan contoh yang baik, karena pada dasarnya anak belajar dari apa yang dia lihat, apa yang dia jadikan model, hal ini kaitannya dengan psikologi perilaku (behavior).[2]

2.      Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman. Sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.[3]
Sementara menurut Soerjono Soekanto, sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.[4]
Dalam displin ilmu sosiologi agama, terdapat berbagai logika teoritis (pendekatan) yang dikembangkan sebagai perspektif utama sosiologi yang seringkali digunakan sebagai landasan dalam melihat fenomena keagamaan di masyarakat. Di antara pendekatan itu yaitu: perspektif fungsionalis, pertukaran, interaksionisme simbolik, konflik, teori penyadaran dan ketergantungan. Masing-masing perspektif itu memiliki karakteristik sendiri-sendiri bahkan bisa jadi penggunaan perspektif yang berbeda dalam melihat suatu fenomena keagamaan akan menghasilkan suatu hasil yang saling bertentangan. Pembahasan berikut ini akan memaparkan bagaimana keempat perspektif tersebut dalam melihat fenomena keagamaan yang terjadi di masyarakat.
3.      Antropologi
Anttropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Fokus ilmu pengetahuan ini ditujukan kepada sifat-sifat khusus badani, tradisi-tradisi, dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dengan pergaulan hidup yang lain. Dilihat dari sudut antropologi, manusia dibagi menjadi dua segi yaitu manusia sebagai makhluk biologi dan manusia sebagai makhluk sosio budaya.

Daftar Pustaka :

Hardi Malcom, dkk., Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga. 1988
Harsoyo, Pengantar Antropologi. Bandung: Bina Cipta. 1967
Soekanto, Soerjono, Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: Rajawali. 1988
  


[1] Hardy Malcom, dkk., Pengantar Ilmu Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 1988) hal. ...
[2] Erlan Muliadi, Pendekatan Psikologi Dalam Pengkajian Dan Pemahaman Studi Islam, http://erlanmuliadi.blogspot.com/2011/05/pendekatan-psikologi-dalam-pengkajian.html

Anda mungkin juga ingin membaca :


No comments:

Post a Comment