Berbicara
mengenai ilmu humaniora maka kita akan berkutat langsung dengan diri manusia
sebagai sumber sasaran, karena humaniora itu sendiri berasal dari kata human
yang berarti manusia. Banyak ilmu-ilmu yang mempelajari tentang manusia
diantaranya psikologi, antropologi, dan sosiologi.
A.
Pengertian
Pada dasarnya ilmu humaniora adalah sebuah ilmu yang
menerangkan/mempelajari tentang sosial, tingkah laku manusia, lingkungan hidup,
dan kebudayaan-kebudayaan bangsa.
B.
Cabang-cabang Ilmu Humaniora
1.
Psikologi
Menurut asal katanya psikologi
berasal dari kata psyche yang berarti “jiwa” dan logos yang
berarti “ilmu”.[1]
Jadi secara etimologis (bahasa) psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
jiwa.
Psikologi tidak mempelajari
jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi
membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa
tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses
mental dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Dalam konteks studi Islam, ada dua
tipe pendekatan terhadap psikologi Islami yaitu: Mengungkapkan bahwa yang
dimaksud dengan psikologi dalam hubungannya dengan Islam adalah konsep
psikologi modern yang telah kita kenal selama ini yang telah mengalami proses
filterisasi dan di dalamnya terdapat wawasan Islam. Jadi, konsep-konsep atau
teori aliran-aliran psikologi modern kita terima secara kritis, menurut
pandangan ini, tugas kita adalah membuang konsep-konsep yang kontra atau yang
anti terhadap Islam.
Mereka berpandangan bahwa psikologi modern
yang ada dan yang kita kenal pada selama ini bisa saja kita sebut Islami asalkan
sesuai dengan pandangan Islam. Salah satu aliran psikologi yang termasuk Islami
adalah psikologi Humanistik. Seorang pemikir psikologi Islam berpandangan bahwa
teori-teori Psikologi barat dapat kita manfaatkan dan dapat disebut psikologi
Islami asalkan praktiknya berwawasan Islam. Ia mengungkapkan bahwa konsep
tentang struktur kepribadian manusia yang dibangun oleh tokoh-tokoh modern
seperti alam sadar, pra sadar dan tak sadar (psikoanalisis), afeksi, konasi
dan kognisi (Behavior) serta dimensi somatis, psikis dan neotik (Humanistik)
dll, dapat kita pandang sebagai Islam setelah semua unsur dalam struktur
kepribadian tersebut diungkap dalam konsep ruh.
Dengan penekanannya pada pengembangan pribadi
dan pentingnya pengalaman hidup individu di dunia, tradisi humanistik tergolong
unik karena inilah satu-satunya pendekatan psikologi yang cocok dengan gagasan
spiritualitas. Walaupun tidak semua pandangan ahli psikologi bersifat spiritual
atau religius, walaupun Anda tidak harus menjadi seorang yang religius atau
spiritual untuk menerapkan atau menarik manfaat dari psikologi humanistik,
namun ada keterkaitan yang kuat antara pendekatan ini dengan keagamaan.
Berdasarkan penjabaran di atas, psikologi
Islam diartikan sebagai perspektif modern dengan membuang konsep-konsep yang
tidak sesuai dengan Islam. Psikologi adalah disiplin Ilmu yang sekuler dan
karenanya memberikan wawasan Islam terhadap konsep psikologi modern adalah
suatu cara agar konsep-konsep yang dipakai mengalami filterisasi dan tidak
menyesatkan. Salah satu hal dalam psikologi yang berkaitan dengan dunia Islam
sebagai berikut dalam Firman Allah (QS 41: 31), “kami akan memperlihatkan
kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segenap penjuru dan pada diri
mereka sendiri”. Ayat ini hendak mengungkapkan bahwa di alam semesta ini maupun
dalam diri manusia terdapat sesuatu yang menunjukkan adanya tanda-tanda
kekuasaan Allah. Yang di maksud dengan “sesuatu” tersebut adalah
rahasia-rahasia tentang keadaan alam dan keadaan manusia, maka jadilah manusia
sebagai makhluk yang berpengetahuan dan berilmu.
Dalam hal ini bisa kita lihat lebih dalam
bahwa manusia memiliki peranan penting dalam Al-Qur’an, kalau diperhatikan
lebih cermat, salah satu istilah yang berkenaan dengan manusia yaitu nafs yang
disebut ratusan kali, belum lagi al-naas, al basyar, dan al-insaan. Istilah
tersebut menunjukkan betapa Alqur’an banyak sekali berbicara tentang manusia.
Secara kompleksitas, dan bisa dijadikan lahan kajian, dalam Al-qur’an banyak yang
berbicara tentang diri manusia yang berkaitan dengan psikologi seperti, Nafs,
Ruh, Aql, Qolb, Fitrah, Akhlak, dan sebagainya. Jiwa atau Nafs bukanlah hal yang berdiri
sendiri. Ia merupakan satu kesatuan dengan keadaan badan. Antara jiwa dan badan
muncul suatu kesinambungan yang mencerminkan adanya totalitas dan unitas.
Secara garis besar, psikologi juga banyak
kaitannya dengan agama, menurut Jalaludin dalam bukunya Psikologi Agama,
psikologi agama merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari
tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan pengaruh keyakinan terhadap agama
yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
Menurut Prof. Zakiyah Daradjat, menyatakan bahwa lapangan penelitian psikologi
agama mencakup proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh
dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (terhadap suatu
agama yang di anut). Dalam hal ini bisa dikaitkan denga teori humanistik
bahwasanya manusia adalah makhluk yang positif, manusia bisa memilih ingin
menjadi seperti apa, dan tahu apa yang terbaik bagi dirinya. Dalam hal ini
manusia bisa memilih akan menjalankan agama yang dianut seperti apa, mengikuti
perasaan hati dan kesadaran atas apa yang dia kerjakan.
Seperti penjabaran di atas, hasil kajan psikologi
juga dapat dimanfaatkan dalam berbagai lapangan kehdupan seperti kehidupan,
seperti bidang pendidikan, interaksi sosial, perkembangan manusia dan lain
sebagainya. Dalam bidang pendidikan di sini diartikan sebagai upaya sadar yang
dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap pembinaan,
bimbingan, pengembangan serta pengarahan potensi yang dimiliki anak agar mereka
dapat berfungsi dan berperan sebagai hakikat kejadiannya. Jadi dalam pengertian
pendidikan Islam ini tidak hanya dibatasi oleh institusi atau lapangan
pendidikan tertentu, pendidikan Islam diartikan dalam ruang lingkup yang luas.
Salah satu contohnya pendidikan dalam keluarga, pendidikan pertama pada anak
adalah keluarga, dari keluarga anak belajar banyak hal seperti sopan-santun,
belajar mengenal agama sampai pada tolerasi dan kasih sayang. Karena ibaranya
keluarga merupakan lingkungan kecil yang membentuk suatu karakter pada diri
anak. Oleh sebab itu diharapkan orang tua sebagai pendidik sekaligus modelling bagi anak, dapat memberikan contoh yang baik, karena pada dasarnya anak belajar
dari apa yang dia lihat, apa yang dia jadikan model, hal ini kaitannya dengan psikologi
perilaku (behavior).[2]
2.
Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin
yaitu Socius yang berarti kawan, teman. Sedangkan Logos berarti
ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam
buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan
August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun
umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu
yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya.
Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku
sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai
sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil
pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.[3]
Sementara menurut Soerjono Soekanto,
sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan
yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan
masyarakat.[4]
Dalam displin ilmu sosiologi agama,
terdapat berbagai logika teoritis (pendekatan) yang dikembangkan sebagai
perspektif utama sosiologi yang seringkali digunakan sebagai landasan dalam
melihat fenomena keagamaan di masyarakat. Di antara pendekatan itu yaitu:
perspektif fungsionalis, pertukaran, interaksionisme simbolik, konflik, teori
penyadaran dan ketergantungan. Masing-masing perspektif itu memiliki
karakteristik sendiri-sendiri bahkan bisa jadi penggunaan perspektif yang
berbeda dalam melihat suatu fenomena keagamaan akan menghasilkan suatu hasil
yang saling bertentangan. Pembahasan berikut ini akan memaparkan bagaimana
keempat perspektif tersebut dalam melihat fenomena keagamaan yang terjadi di
masyarakat.
3.
Antropologi
Anttropologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Fokus ilmu pengetahuan ini
ditujukan kepada sifat-sifat khusus badani, tradisi-tradisi, dan nilai-nilai
yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dengan pergaulan hidup yang
lain. Dilihat dari sudut antropologi, manusia dibagi menjadi dua segi yaitu
manusia sebagai makhluk biologi dan manusia sebagai makhluk sosio budaya.
Daftar
Pustaka :
Hardi Malcom, dkk., Pengantar
Psikologi. Jakarta: Erlangga. 1988
Harsoyo, Pengantar Antropologi.
Bandung: Bina Cipta. 1967
Soekanto, Soerjono, Memperkenalkan
Sosiologi. Jakarta: Rajawali. 1988
[1]
Hardy Malcom, dkk., Pengantar Ilmu Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 1988)
hal. ...
[2] Erlan Muliadi, Pendekatan
Psikologi Dalam Pengkajian Dan Pemahaman Studi Islam, http://erlanmuliadi.blogspot.com/2011/05/pendekatan-psikologi-dalam-pengkajian.html
[3] Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi
[4] Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli, http://exalute.wordpress.com/2009/03/29/pengertian-sosiologi-menurut-para-ahli/
[4] Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli, http://exalute.wordpress.com/2009/03/29/pengertian-sosiologi-menurut-para-ahli/
Anda mungkin juga ingin membaca :
No comments:
Post a Comment