20 July, 2014

Nalar Burhani dalam keilmuan



A.    Pengertian Burhani
Dalam bahasa Arab, al-burhan berarti argumen yang jelas (al-hujjah al-bayanah). Dalam perspektif logika (al-mantiq), burhani adalah aktifitas berpikir untuk menetapkan kebenaran suatu premis melalui metode penyimpulan, yaitu dengan menghubungkan premis tersebut dengan premis yang lain yang oleh nalar dibenarkan atau telah terbukti kebenarannya.
Dalam khazanah kosa kata bahasa Arab, secara epistemologis kata al-burhan berarti argumen yang tegas dan jelas. Kata ini kemudian disadur sebagai salah satu terminologi yang dipakai dalam ilmu mantiq untuk menunjukkan arti proses penalaran yang menetapkan benar tidaknya suatu preposisi melalui cara deduksi.

B.     Macam-macam Pembagian Ilmu Rumpun Burhani
1.      Filsafat
Pengertian filsafat terbagi menjadi dua, yaitu dari segi semantik dan dari segi praktis. Dari segi semantik, filsafat adalah perkataan yang berasal dari kata Arab: falsafah yang berasal dari bahasa Yunani, philo dan sophia yaitu cinta dan pengetahuan. Jadi philosophia adalah cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Artinya bahwa setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijak. Orang yang cinta pada pengetahuan disebut philosophet, dalam bahasa Arabnya failasuf.[1]
Sedangkan dari segi praktis, filsafat adalah alam pikiran/berpikir, sehingga berfilsafat dapat diartikan sebagai kegiatan berpikir, namun tidak semua orang yang berpikir itu berarti berfilsafat. Jadi berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh tentang hakekat suatu kebenaran.[2]
Adapun pengertian filsafat menurut beberapa tokoh yaitu:
a.       Plato; filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran asli).
b.      Aristoteles; filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang di dalamnya berisi tentang ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat yang menyelidiki sebab asas segala benda).
c.       Al-Farabi; filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan untuk menyelidiki hakekat yang sebenarnya.
d.      Hasbullah Bakri; filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam tentang ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang dapat dicapai oleh akal manusia.[3]

Manfaat Mempelajari Filsafat
Menurut Harold H. Hilus manfaat mempelajari filsafat adalah untuk membentuk seseorang menjadi bijaksana, karena menurutnya salah satu tujuan filsafat adalah kebijaksanaan.
Manfaat filsafat menurut Dr. Oemar A. Hosein adalah memberikan kepuasan pada keinginan manusia tentang pengetahuan. Sementara menurut Sutan Takdir Alisyahbana adalah memberikan ketenangan dan kemantapan hati, karena menurutnya filsafat selalu mencari kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.

2.      Ilmu Kealaman
Ilmu kealaman adalah ilmu yang mempelajari tentang (a) alam semesta, (b) tata surya, dan (c) asal mula kehidupan di bumi.
a.       Alam Semesta
Alam semesta mencakup mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil. Misalnya atom, elektron, sel, dan sebagainya. Sedangkan makrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat besar, contohnya bintang, planet, dan galaksi.
Para ahli astronomi mengatakan bahwa ruang angkasa dan benda-benda langit ada di dalam alam semesta. Manusia sebagai makhluk bertuhan yang berakal itu selalu ingin tahu tentang hal-hal yang diamati di alam semesta ini.[4]
b.      Tata Surya
Tata surya adalah planet-planet yang mengelilingi matahari. Secara kelompok planet di dalam tata surya terbagi menjadi 2 golongan yaitu planet kecil dan planet raksasa. Planet kecil terdiri dari Merkurius, Venus, Bumi, Mars. Sedangkan planet raksasa terdiri dari Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
c.       Asal mula kehidupan di bumi
Para ahli menganggap bahwa makhluk hidup itu berasal dari makhluk tak hidup. Anggapa ini disebut teri Generatio Spontanea atau teori Abiogenesis. Misalnya kecebong berasal dari lumut, ulat berasal dari bangkai, dan sebagainya.[5]

3.      Ilmu Sosial
Ilmu sosial adalah penerapan metode ilmiah untuk mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia. Cabang-cabang ilmu sosial antara lain, antropologi, budaya, ekonomi, geografi, hukum, komunikasi, linguistik, pendidikan, politik, psikologi, dan sejarah.

4.      Humaniora
Ilmu humaniora adalah sebuah ilmu yang menerangkan (mempelajari) sosial, tingkah laku manusia, lingkungan hidup dan kebudayaan-kebudayaan bangsa. Termasuk ilmu humaniora yaitu psikologi, sosiologi, dan antropologi.

C.     Sistem Pemikiran Burhani
Sistem pemikiran Burhani sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan sistem pemikiran Bayani yang secara priori telah menjadikan realitas kewahyuan (Al Qur’an dan Sunah) yang terkemas dalam wacana bahasa dan agama, sebagai acuan berpijak bagi pemerolehan pengetahuan. Juga berbeda dengan nalar Irfani yang mendasarkan pengetahuan pada direct experience (pengalaman langsung).
Nalar Burhani dimaksudkan untuk menganalisis faktor kausalitas dari tema-tema yang dikajinya dan merumuskan suatu kebenaran, yaitu pengetahuan yang bersifat benar dan meyakinkan atau yang dikenal dalam bahasa Aristoteles “ilmu”. Di sinilah letak keunggulan nalar Burhani. Jika dibandingkan dengan nalar yang lainnya, terdapat kenyataan bahwa nalar Burhani menggunakan silogisme atau penalaran logis dengan menggunakan premis-premis yang benar, sehingga menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang benar dan pasti. Oleh karenanya, pembuktian secara demonstratif (Burhani) dipandang sebagai metode pembuktian yang paling ilmiah.
Dalam realitas historis, sistem pemikiran Burhani ini banyak dikembangkan oleh kalangan filosof muslim semisal Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina. Munculnya sistem epistemik ini terkait erat dengan pengaruh budaya Yunani yang masuk ke dunia Islam.

Daftar Pustaka

Mudhar, Atho, M, Pendekatan Studi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1998
Muslih, Muhammad, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Belukar. 2004
Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press. 1978
Nasution, Khoirudin, Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Academia. 2004
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. 1975



[1] Ahmad Syadili, Mudzakir, Filsafat Umum untuk Fakultas Tarbiyah dan Ushuluddin Komponen MKDK (Bandung: Pustaka Setia. 1997) hal. 11
[2] Ibid., hal. 11
[3] Ahmad Syadili dan Mudzakir, Filsafat Umum untuk Fakultas Tarbiyah dan Ushuluddin Komponen MKDK (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hal. 15-16
[4] Abdullah Aly dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) hal. 34
[5] Ibid., hal. 47

Anda mungkin juga ingin membaca :


No comments:

Post a Comment