19 December, 2009

SENI DALAM PERSPEKTIF KEBUDAYAAN

SENI DALAM PERSPEKTIF KEBUDAYAAN DAN
APRESIASINYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Perkembangan Seni dan Budaya dalam PAI.
Dosen Pengampu: Drs. Abdul Shomad.

Disusun oleh:
Nama : Edi Susanto
NIM : 06410076
No. Absen :
Kelas : V PAI 2 / B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2007

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini, seni tradisional yang merupkan akar budaya dan kekayaan bangsa hampir tidak mendapat tempat. Seni tradisi yang merupakan ungkapan kehidupan yang tidak hanya menimbulkan tatanan estetika dalam setiap karya namun juga mengandung pandangan hidup, tata nilai dan identitas diri, serta dapat mempertemukan berbagai budaya dan masyarakat dalam suasana yang damai sehingga timbul rasa menghargai terhadap keanekaragaman budaya serta menumbuhkan keluhuran budi dan mudah toleransi. Anak yang mampu bertoleransi akan mudah berhasil dalam hidup. Hal tersebut nyaris terlupakan.
Berdasarkan hal tersebut maka Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial bekerjasama dengan instansi yang terkait melaksanakan Apresiasi Seni Budaya di beberapa Sekolah Dasar/ Madrasah lbtidaiyah. Apresiasi seni tersebut bertujuan untuk menyadarkan bahwa betapa pentingnya identitas budaya bangsa.
Untuk memperlancar implementasi Pendidikan tersebut, salah satu penunjangnya adalah guru pendamping. Guru pendamping harus mendampingi di setiap sessi kegiatan yang kelak dapat mengimplementasikan lebih lanjut apabila apresiasi seni PSB-PS telah selesai. Karena tidak mungkin menempatkan pakar seni secara terus-menerus untuk mengenalkan seni tradisi kepada anak sejak dini.
Makalah singkat yang diberi judul “Seni dalam Perspektif Kebudayaan dan Apresiasinya dalam Dunia Pendidikan” akan membahas dua hal pokok yaitu mengenai hakikat seni yang terkait dengan pluralisme budaya; dan pendidikan seni sebagai sebuah strategi untuk hidup bersama.
B. Rumusan Masalah
1) Penjelasan tentang seni budaya tradisional dan modern!
2) Seni dalam kaitannya dengan kebudayaan!
3) Mempertimbangkannya apresiasinya dalam pendidikan!


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Seni Budaya Tradisional dan Modern
”Seni” adalah ekspresi dari jiwa manusia yang diwujudkan dalam karya seni dan seni itu merupakan apresiasi dari keindahan atau etetika yang mengisyaratkan terjadinya kreativitas dalam hal olah imajinasi dan olah rupa, gerak, suara, cahaya, bau, dan sebagainya. Penciptaan di bidang seni mengandung pengertian yang terpadu antara kreativitas, penemuan dan inovasi yang sangat dipengaruhi oleh rasa. Namun demikian, logika dan daya nalar mengimbangi rasa dari waktu ke waktu dalam kadar yang cukup tinggi. Rasa muncul karena dorongan kehendak naluri yang disebut karsa. Karsa dapat bersifat individu atau kolektif, tergantung dari lingkungan serta budaya masyarakat.
”Budaya” adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia atau sitem gagasan dan sistem tindakan atau tingkah laku dan merupakan hasil dari keduanya. Jadi ”Seni budaya tradisional” adalah ekspresi dari jwa manusia yang mengisyratkan terjadinya kreatifitas dalam hal imajinasi yang penciptaanya karena adanya cipta, rasa, dan karsa manusia yang masih bersifat murni dari seni budaya lokal dan belum terkontaminasi terhadap seni budaya asing atau barat. Misalnya Wayang kulit atau wayang golek, tarian-tarian daerah, dan lain-lain.
Seni budaya modern adalah ekspresi dari jwa manusia yang mengisyratkan terjadinya kreatifitas dalam hal imajinasi yang penciptaanya karena adanya cipta, rasa, dan karsa manusia yang bersifat kebarat-baratan atau sudah tercampur dengan seni budaya asing. Misalnya Musik pop, dangdut, rock, dan lain-lain.
B. Seni dalam Perspektif Kebudayaan.
Kebudayaan menunjuk kepada sederetan sistem pengetahuan yang dimiliki bersama, perangai-perangai, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, peraturan-peraturan, dan simbol-simbol yang berkaitan dengan tujuan seluruh anggota masyarakat yang berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Dipandang dari wujudnya, menurut Koentjaraningrat kebudayaan memiliki, ide, bentuk dan prilaku. Sedangkan dikaji dari segi unsur, kebudayaan memiliki 7 (tujuh) unsur pokok yaitu sistim kepercayaan, bahasa, sistim ekonomi, sistim sosial, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Secara sederhana bahwa kebudayaan adalah nilai-nilai dan gagasan vital yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Seni dipandang dari perspektif kebudayaan, akan terlihat kenyataan-kenyataan yang saling berhadapan, penuh paradoks, dan juga tegangan. Seni berada dalam tegangan dan hegemoni wacana maupun institusi internasional. Potensi terbangunya kesalingmengertian dalam seni, semestinya terus dieksplorasi secara optimal.
Globalisasi telah menjadi kenyataan yang tak terelakkan. Dalam konteks percaturan budaya global, kesadaran untuk mempertanyakan identitas justru semakin besar. Inilah paradoks dan tegangan yang menghiringi wacana tentang identitas (budaya). Di satu sisi terdapat gairah untuk masuk dalam arus dan percaturan internasional (yang diliputi oleh semangat menepis batas-batas geografis, idiologis, politis, etnis, bangsa), namun di sisi yang lain justru muncul semangat untuk kembali pada etnisitas dan lokalitas.
Yang perlu terus diperjuangkan adalah menumbuhkan kesadaran, bahwa kekuatan lokal dapat sangat efektif untuk bekal memasuki global village (desa global) maupun global culture (budaya global). Kenyataan semacam itu hanya mungkin jika tumbuh kesadaran untuk terus-menerus membangun dialog, baik dalam skala personal maupun komunal, antara yang lokal dan yang global; antara yang tradisi dengan yang modern; dengan tendensi untuk saling melengkapi, dan saling memperkaya. Kemampuan dan kesadaran semacam itu hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki kapasitas sebagai knowledgeable artist, seorang seniman yang memiliki kemampuan dan pengetahuan luas. Seorang seniman yang terus memelihara daya kreasi dan semangat inovasi, serta membuka diri terhadap berbagai kemungkinan. Siapapun yang ingin memberikan kontribusi yang berarti bagi kesenian, bagi kehidupan, dan bagi kemanusiaan secara luas, tak ada pilihan lain kecuali menumbuhkan kesadaran bahwa pergaulan global adalah sebuah keniscayaan. Kemudian setelah itu harus memiliki komitmen dan integritas yang dapat dipertanggungjawabkan.
Bilamana menyikapi seluruh persoalan yang diuraikan di atas, bagi Indonesia sudah semestinya menciptakan “prisai protektif” aturan-aturan resmi dan dilaksanakan dengan pelaksanaan hukum yang jelas. Kesenjangan yang terurai dalam kaitan dengan demokrasi, HAM, lingkungan hidup, dan nilai-nilai budaya lainnya sudah sepatutnya dibuatkan berbagai peraturan yang bisa dipatuhi oleh anggota masyarakat sehingga kesenjangan dalam memahami, mempedulikan dan menghoramati nilai-nilai pluralisme budaya berjalan sesuai harapan bangsa. Sebuah harapan, hidup bersama dalam keberagaman budaya.
C. Apresiasi Seni dan Budaya dalam Dunia Pendidikan.
Pendidikan apresiasi seni bisa dimanfaatkan untuk menanamkan nilai-nialai yang dibutuhkan bagi pembangunan berkelanjutan seperti[1]:
1) Sebagai wahana untuk menanamkan nilai-nilai kebhinekaan.
2) Meningkatkan kohesi masyrakat.
3) Memberi kemungkinan yang lebih besar bagi terwujudnya pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, apabila seni dan budaya seperti musik diterapkan atau diajarkan sejak dini yaitu pada masa anak berusia 0-5 tahun, maka musik tersebut akan sangat berpengaruh dan berfungsi sebagi:
1) Perkembangan intelektual anak.
Menurut gardner menyatakan bahwa kemampuan otak manusia bersifat multi intelejensi yakni:
a) Kemampuan kebahasaan yang memuat kemampuan memiliki perbendaharaan kata dan menggunakan untuk mengekspresikan makna-makna yang kompleks.
b) Kemampuan logika yang memungkinkan manusia mampu berhitung dan berpikir operasional secara kompleks.
c)
2) Pembentukan Kepribadian Anak.
Menerut Emile Jeques Dalcroze berpendapat bahwa ”musik sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan gerak, mendengarkan, dan menciptakan.” pemberian musik sejak bayi dapat meningkatkan kemampuan gerak, meningkatkan kemampuan mengontrol gerak yang sesuai dengan musik yang didengarkannya.
Musik juga meningkatkan kemampuan pendengaran. Mendengar merupakan dasar dan kegiatan musik. Dan musik juga membantu mngembangkan kreatifitas. Kreatiftas merupakan kekuatan utuk memproduksi sesuatu yang baru dan asli.
Untuk memperlancar implementasi Pendidikan tersebut, salah satu penunjangnya adalah guru pendamping. Guru pendamping harus mendampingi di setiap sessi kegiatan yang kelak dapat mengimplementasikan lebih lanjut apabila apresiasi seni PSB-PS telah selesai. Karena tidak mungkin menempatkan pakar seni secara terus-menerus untuk mengenalkan seni tradisi kepada anak sejak dini.
Peranan Guru Pendamping dalam mengimplementasikan Pendidikan Apresiasi Seni (PAS)
Guru pendamping yang dengan keterbatasan kemampuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengimplementasikan Pendidikan Apresiasi Seni (PAS).Adapun peranan guru pendamping tersebut adalah :
1. Motivator: Garu pendamping harus dapat memberikan motivasi dan rangsangan agar anak dapat leluasa bergerak tanpa rasa malu, sehingga mereka merasa percaya diri untuk berkreasi.
2. Fasilitator: Guru pendamping menjadi jembatan terhadap segala permasalahan, sehingga anak dapat aktif dan kreatif berbuat dalam suasana yang menyenangkan.
3. Membuat situasi kondusif agar apa yang disampaikan oleh tutor dan tujuan dan Pendidikan Apresiasi Seni (PAS) dapat terlaksana dengan beak berdasarkan waktu yang ditentukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di zaman modern ini, Sungguh ironis ketika pada kenyataannya bahwa apresiasi, pemahaman, dan interaksi tentang keragaman budaya itu belum sepenuhnya menjadi keniscayaan. Tidak banyak anggota masyarakat yang memahami arti penting dari pluralisme budaya, dan tidak banyak pula anggota mayarakat yang meyakini bahwa kita bisa hidup bersama dalam keragaman budaya. Sementara itu kontak sosial budaya antar warga negara Indonesia yang mempunyai latarbelakang keragaman budaya sudah menjadi lebih intensif. Demikian pula bahwa kontak dengan budaya asing telah dipercepat oleh adanya sistim komunikasi canggih. Semua persoalan ini merupakan masalah yang esensial dalam pembahasan mengenai seni dan pluralisme budaya, atau secara makro adalah seni dalam perspektif kebudayaa. Sehingga dengan banyaknya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia membuat kebudayaan lokal menjadi langka. Salah satu penyebab langkanya atau minimnya pengetahuan tentang seni budaya tradisioanal yaitu kurangnya sosialisasi terhadap pendidikan seni dalam lembaga pendidikan baik itu yang bersifat formal maupun non formal. Apabila ada itupun disampaikan tidak secara maksimal, sehingga banyaknya pemuda yang lebih mengetahui perkembangan kebudayaan yang bersifat modern. Padahal seni dan kebudayaan modern itu bersifat kebarat-baratan.
B. Saran
Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya kelangkaanya seni dan budaya Indonesia, diharapkan adanya pengenalan terhadap seni-seni dan budaya-budaya tradisional terhadap anak sejak dini.


Daftar Pustaka
Ismail. Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titian Ilahi Press. 1996
Israr. C, Sejarah Kesenian Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1978
Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2006
Lubis. Mochtar, Budaya, Masyarakat dan Manusia Modern. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 1992
Partanto. Pius. A, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. 1994
Radjasa, Moch. Sodik, dan Mundzirin Yusuf. Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga. 2005
Tibi. Bassam, Islam, Kebudayaan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana. 1999




Yayan Khisbiyah dan Atiqa Sabardila. Pendidikan Apresiasi seni. Surakarta: Pusat Studi Buday dan Perubahan Sosial. 2004.

Anda mungkin juga ingin membaca :

No comments:

Post a Comment