Oleh : Saijan
PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan yang besar diantara
berbagai masalah dan kendala yang dihadapi bangsa Indonesia adalah SDM yang
tidak berkualitas (Tilaar, 1998). Pendidikan dapat dipastikan memegang peranan
kunci di dalam menyiapkan SDM yang berkualitas. Dalam rangka menyiapkan SDM
yang berkualitas tersebut tentu dibutuhkan adanya sebuah manajemen yang juga
berkualitas.
Manajemen yang baik akan sangat mendukung tercapainya tujuan yang diharapkan. Dalam dunia pendidikan, tujuan utama yang ingin dicapai adalah mutu pendidikan. Mutu pendidikan harus dibuktikan dengan “nilai jual” para lulusan dan juga dalam semua kompetisi.
Mutu adalah sesuatu yang dinamis, selalu
berubah dan berkembang, seiring dengan tuntutan jaman. Oleh karena itu maka
para pelaku pendidikan harus terus-menerus mengembangkan diri, tidak boleh
berpuas diri. Keberhasilan, perasaan bangga dan kesombongan kadang membuat kita
terlena, sementara orang lain selalu berbenah dan berubah. Tiba-tiba kita
terkejut ketika ada kenyataan perbandingan performa antar lembaga membuktikan
bahwa kita jauh tertinggal dari lembaga lain yang dulu dianggap inferior. Karena
terlambat maka susah bagi kita untuk mengejar ketinggalan dan melakukan
repositioning. Tidak boleh tidak, maka mau tidak mau kita harus melakukan
perubahan.
MANAJEMEN MUTU
“Change is the way of live” demikian
Colling mengutip metafora John F. Kennedy. Perubahan adalah sesuatu yang harus
dilakukan. Perubahan tersebut seharusnya dapat menjamin kepuasan dan kualitas
seperti yang diharapkan para pengguna (stakeholders). Perubahan itu menurut
Arcaro (1995;38) membutuhkan 5 pilar sebagai berikut:
1. Customer focus, kepuasan pengguna adalah kunci
sukses.
2. Total involvement, semua unsur peduli terhadap mutu.
3. Measurement, mutu hendaknya dapat diamati dan
terukur.
4. Commitment, mutu harus diupayakan dengan
kesungguhan.
5. Continuous improvement, penyempurnaan terus menerus.
Sementara itu dalam rangka melakukan perubahan dapat
dilakukan upaya-upaya peningkatan mutu melalui “quality trilogi” (Juran, 1994).
Dalam pelaksanaan model trilogi kualitas ini hendaknya memperhatikan:
a. Quality
Planning
1. Mempertemukan “customers”
eksternal maupun internal
2. Menetapkan “needs”
dari “customers”
3. Menetapkan “quality
goals and objectives”
b. Quality Control
1. Menetapkan prosedur
pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian
2. Memberdayakan semua
unsur/komponen
3. Menerapkan alat
pengukuran/penilaian
c. Quality
Improvement
1. Menetapkan “needs
for improvement”
2. “Organize”
kegiatan peningkatan kualitas
3. Upaya perbaikan
sesuai dengan kemampuan dan kondisi
Dalam proses pencapaian peningkatan mutu,
diperlukan sebuah target antara “bench marking” dan juga sebuah “relative
performance” dimana kita selalu mengevaluasi setiap tahap proses peningkatan
mutu, sehingga tidak terjadi sebuah kesalahan fatal dari akhir sebuah proses
yang tidak mungkin lagi diperbaiki.
HARAPAN DAN TANTANGAN
Implementasi peningkatan mutu dalam pendidikan
merupakan sebuah proses, bukan sesuatu yang dengan sendirinya dapat terjadi,
namun membutuhkan sebuah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengukuran, penilaian serta upaya tindak lanjut. Proses ini merupakan kegiatan
yang berkelanjutan atau “never ending activities”.
Kegiatan-kegiatan tersebut saling berkaitan
erat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Masing-masing kegiatan membutuhkan
pemikiran yang cermat dan kerjasama yang sinergis semua unsur/komponen sekolah
sebagai sebuah sistem.
Sistem pendidikan di sekolah merupakan suatu
kesatuan yang utuh dari seluruh komponen pendidikan yang menjamin tercapainya
tujuan pendidikan. Adapun tantangan di lapangan yang perlu diperhatikan adalah
apa yang sering disebut dengan “input – process – output”.
“Management”
merupakan kunci penentu keberhasilan suatu lembaga. Komponen-komponen
pendidikan seperti program pendidikan, SDM, sarana, dan biaya sangat ditentukan
oleh “the quality of management”.
Dalam praksis pendidikan sekarang ini, dimana
biaya pendidikan sangat mahal, tenaga kependidikan tidak memadai, sarana
terbatas, program yang tidak berkembang, dan adanya persaingan yang cukup
kompetitif merupakan tantangan tersendiri bagi para kepala
sekolah/pimpinan/rektor sebagai manajer untuk melakukan peningkatan mutu semua
unsur sekaligus pemberdayaannya, yang juga harus disadari oleh semua komponen.
PENUTUP
Proses perubahan dan kegiatan peningkatan mutu
tidak selalu dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan, dan belum tentu mendapat
dukungan. Namun dengan adanya perubahan paradigma pendidikan dimana otonomi
diberikan secara luas pada masing-masing pengelola pendidikan, memberikan
harapan tersendiri bagi kita untuk dapat mengelola pendidikan secara optimal,
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Semoga.
Sumber
Referensi
Ø Rumtini dan
Jiyono, Manajemen Berdasarkan Sekolah: Konsep dan kemungkinan
pelaksanaannya. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 017 (Jakarta: Balitbang
Diknas, 1999)
Ø Reynolds,
Larry, Beyond Total Quality Management (Sheldon Press, 1993)
Ø Tangyong, Agus
F., Pendidikan Nasional dalam Konteks Perubahan (Jakarta: Balitbang
Diknas, 2001)
Ø Tilaar, H.A.R.,
Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan dalam Perspektif Abad 21 (Magelang:
Tera Indonesia, 1998)
Anda mungkin juga ingin membaca :
- Humas Dalam Lembaga Pendidikan
- Humas sebagai Fungsi Manajemen
- Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
- Manajemen Organisasi Sekolah
- Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan
- Manajemen Peserta Didik
- Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
- Manajemen Sarana Pendidikan
- Manajemen Tata Laksana Sekolah
- Pengertian Manajemen Pendidikan
No comments:
Post a Comment