Manusia adalah salah satu mahluk Allah yang dikaruniai dengan fisik yang sempurna dengan anugrah akal. Salah satu yang membedakan manusia dengan mahluk lain adalah manusia mempunyai akal pikiran yang mampu digunakan untuk berfikir, mengolah, menganalisa dan membedakan mana yang baik dan yang buruk.
Pemilihan manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi ini pernah mendapat pertentangan oleh malaikat seperti yang disinggung dalam surat Al- Baqoroh ayat 230 yang artinya ”Ingatlah ketika Tuhan mu berfirman kepada para malaikat,’sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah dimuka bumi’. Mereka berkata, mengapa Engkau hendak menjadikan khlaifah dimuka bumi orang yang akan membuat kerusakan di sana dan akan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih memuji engkau dan menyucikan Engkau?’Tuhan berfirman,”sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(QS.2:230)
Dari pernyataan malaikat di atas dapat dilihat pertama bahwa posisi khalifah adalah posisi yang istimewa dan dan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, kedua Allah akan menjadikan spesies baru yang bernama manusia yang mempunyai sifat baik dan ada juga yang bersifat buruk.
Khalifah merupakan kedudukan yang sangat istimewa yang diberikan Allah kepada manusia yang dipercaya untuk memakmurkan, menjaga, memelihara, dan menjadikan bumi sebagai teman bukan sapi perahan yang hanya dibutuhkan bila perlu dan dibuang jika tidak ada manfaaatnya lagi. Di bumi ini Allah sudah menyediakan segala keperluan dan kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Akan tetapi akhir-akhir ini jika kita melihat keadaan di Indonesia khususnya dan bumi pada umumnya mereka benar-benar bernasib sama yakni bencana yang selalu datang silih berganti mulai dari tanah longsor, banjir, gempa, kebakaran hutan dan tsunami.
Banyak orang yang menganggap bahwa bencana itu datang karena gejala alam dan konsekuensi dari usia bumi yang sudah udzur. Tidak bisa dinafikkan lagi bahwa tangan-tangan manusia juga ikut bermain di sana meskipun alasan di atas sedikit benar akan tetapi karena ketamakan dan keserakahan sifat manusia yang ingin memiliki bumi ini sepenuhnya menjadikan ia lupa bahwa bumi adalah temannya. Persepsi bahwa bumi hanyalah tempat untuk untuk mengeruk keuntungan, mendapatkan hasil tambang tanpa memperdulikan lingkungan sekitarnya, membangun pabrik-pabrik industri dan membuang limbah sembarangan tanpa mengolahnya terlebih dahulu. Keadaan bumi yang semakin panas akibat pemanasan global yang berdampak sangat luas sudahlah cukup untuk menjadikan pelajaran bagi umat manusia.untuk menjadikan bumi sebagai teman yang kita dudukkan di samping kita untuk membawa kehidupan di bumi menjadi lebih baik tanpa mengurangi eksistensi manusia sebagai pemegang kendali utama dalam pengelolaan bumi seutuhnya, karena semakin majunya peradaban manusia seharusnya dibarengi dengan sikap moral yang baik yang benar-benar memperhatikan lingkungan untuk kehidupan masa depan yang lebih baik.
Spesies yang bernama manusia ini memang benar-benar istimewa,bagaimana tidak dengan karunia akal fikiran manusia mampu membangun peradaban yang tinggi siring dengan kemajuan tekhnologi dan sistem informasi yang mampu menyerap,mengolah,dan membedakan mana yang baik dan yang buruk. Sifat manusia yang baik dan yang buruk merupakan suatu hal bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda tetapi memang lazim pada diri manusia,tinggal bagaimana manusia mampu mengendalikan diri dan meminimalisasi sifat-sifat buruk yang ada. Lingkungan merupakan suatu kelas besar yang mampu mentransfer sifat-sifat entah itu yang baik maupun yang buruk, sifat anak tergantung kondisi lingkungan dan lingkungan ini yang paling bertanggung jawab adalah kaum tuanya. Kontrol sosial yang lemah juga turut berperan mengembangkan sifat-sifat buruknya serta arus globalisasi yang semakin deras juga mengancam moral kaum muda,bahkan anak-anak yang seharusnya dunianya adalah bermain tapi kini banyak diracuni dari berbagai media. Sesuatu yang dianggap dulu dianggap tabu kini menjadi sesuatu yang biasa untuk dilakukan merupakan faktor pendukung melemahnya kontrol masyarakat.jika anak perempuan yang hamil diluar nikah menjadi biasa, mengambil buah milik tetangga menjadi biasa,anak sekolah merokok menjadi biasa,anak tidak belajar menjadi biasa,anak tidak mau sholat tidak mau mengaji tetapi malah bermain dan tidak ada yang mengingatkan juga menjadi biasa akhirnya jika semua perbuatan yang dianggap tabu dan tidak etis itu sudah menjadi biasa dan tidak ada yang mengingatkan maka generasi yang akan lahir adalah generasi buta yang tidak pernah mengenal keluhuran budi nenek moyang dan tidak bisa menjaga falsafah hidup yang baik.Orang tua yang satu seharusnya juga menjadi orang tua bagi anak yang lain,yang juga mengingatkan dan menunjukkan jalan yang benar, bukan berarti anakku ya anakku dan anakmu ya anakmu,jangan ngurus-ngurus orang lain,saya kira bukan begitu solusinya karena setiap orang tua juga mempunyai tanggung jawab untuk menjaga tatanan masyarakat yang baik tanpa membedakan ini anakku,itu anakmu. Keberlangsungan sifat-sifat yang tidak baik itu akhirnya akan bertambah besar yang pada akhirnya tidak akan mampu mengontrol sifat serakah untuk mengeksploitasi bumi seenaknya tanpa memperhatikan Amdal(Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) hal inilah yang akan membuat bumi semakin marah dengan memutahkan semua kemarahannya yang direalisasikan dengan timbulnya banyak bencana yang pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri,oleh karena itu konsep bumi sebagai teman yang saling membutuhkan adalah keniscayaan untuk masa depan bumi dan manusia yang lebih baik.
Anda mungkin juga ingin membaca :
13.
Emansipasi
Bumi
14.
Manfaat Do’a
16.
Makna
Keadilan
25.
Berebut Benar
27.
Makna Lebaran
34.
Energi nuklir
37.
Valentine Day
38.
Selamatkan
Bumi
41.
......
No comments:
Post a Comment