05 June, 2010

Manfaat Berjilbab

JILBAB DALAM ISLAM
Oleh : Ary El Wanasaby


Masalah jilbab sering menjadi wacana dalam umat Islam, khususnya para kaum wanita. Memang sebagian memahami betul makna dan pentingya jilbab bagi kehidupan mereka, namun tidak sedikit wanita muslim yang menganggapnya hanya sebagai penghalang dalam beraktifitas. Banyak alasan yang mereka lontarkan, misalnya gerah-lah, ribet-lah, tidak praktis-lah, serta seabrek alasan lain yang pada intinya merasa keberatan jika harus mengenakan jilbab setiap harinya. Permasalahan ini menjadi semakin serius karena akhir-akhir ini banyak wanita muslim yang tidak lagi/enggan mengenakan jilbab. Hal ini perlu segera disikapi mengingat jilbab merupakan identitas wanita muslimah.
Dalam wacana pemahaman yang lazim, jilbab -baik ia dianggap sebagai bagian dari gelombang kultural-islami maupun sebagai mode belaka- diasosiasikan sebagai sebentuk pakaian yang berfungsi menutupi bagian-bagian dari tubuh perempuan yang termasuk aurat, yakni dari kepala hingga kedua kaki dengan perkecualian wajah dan kedua tangan. Karenanya bisa dipahami kenapa secara etimologis ia disinonimkan dengan pakaian perempuan yang panjang dan longgar.1
Dizaman serba modern sekarang ini dimana mobilitas amat tinggi menuntut setiap orang untuk dapat bergerak cepat dan tepat. Salah satu alasan wanita muslim tidak mengenakan jilbab yaitu, pertama karena dianggap terlalu ribet. Alasan ini sering dikemukakan khususnya mereka yang bekerja sebagai wanita karier atau yang memiliki kesibukan super sibuk. Kedua, berjilbab mencerminkan sikap eksklusif, tertutup dan terlihat asing.
Sebenarnya kedua masalah di atas mudah diatasi tergantung seberapa jauh keinginan seseorang untuk tetap berpegang teguh pada akidah. Dalam Islam hukum memakai jilbab bagi wanita adalah wajib hukumnya. Hal ini berdasarkan Al Qur’an surat Al Ahzab: 33 yang artinya “‘Hai nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri orang-orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’”. berdasarkan ayat ini maka jelas jilbab adalah pakaian wanita muslim. Selain sebagai penutup aurat, juga sebagai pembeda antara wanita muslim dengan non-muslim.
Jilbab adalah tameng dari segala pandangan niat jahat atau pelecehan. Dalam Al Qur’an baik laki-laki maupun wanita muslim diperintahkan untuk menundukkan pandangan. Maksud menundukkan pandangan di sini adalah menjaga mata dari penglihatan-penglihatan yang tidak dibenarkan Islam. Dengan menutup jilbab seorang wanita telah menundukkan pandangan, dan secara teknis ia juga memudahkan laki-laki untuk lebih menundukkan pandangannya jika melihat wanita mulia. Wanita berjilbab adalah wanita mulia sebab ia menjaga diri dan kehormatannya. Perhiasannya hanya ia perlihatkan kepada orang yang berhak menerimanya yaitu suaminya.
Selanjutnya mengenai kebebasan bergerak, sebenarnya hal itu tidak perlu dijadikan alasan untuk membelenggu wanita. Bisa dirancang sesuai dengan mobilitas para wanita, tentu saja dengan masih tetap dalam jalur syar’i. Sebaliknya dengan berjilbab justru membebaskan wanita-wanita dari belenggu-belenggu pelecehan yang seringkali dialamatkan padanya. Tidak sedikit iklan-iklan yang menayangkan aurat wanita, seolah wanita memang objek yang pas untuk dilecehkan. Hal ini tidak akan terjadi manakala wanita mengenakan jilbab, bahkan laki-laki pun tidak akan memandangnya penuh nafsu. Maka jika ada laki-laki mencintai wanita karena ia berpakaian seksi, motifnya adalah nafsu, tidak jauh bedanya dengan binatang. Akan tetapi jika laki-laki mencintai wanita karena ia berjilbab, motifnya adalah karena Allah SWT. Cinta karena Allah inilah yang akan kekal selamanya, meskipun isteri tidak lagi cantik dan seksi.
Anehnya wanita justru senang mempertontonkan aurat mereka. Wanita akan bangga jika tubuhnya yang seksi dipuji oleh para lelaki. Anggapannya ia akan semakin mudah memilih calon suami. Tunggu dulu. Jika laki-laki yang dicari adalah laki-laki yang hanya cinta dari segi fisik, memang mudah. Akan tetapi jika yang dicarinya adalah laki-laki yang mau menerima ia apa adanya, jangan harap. Apalagi laki-laki yang bertanggung jawab terhadap diri dan keluarganya. Wanita ibarat perhiasan. Perhiasan akan semakin mahal jika ia disimpan di dalam toko yang dijaga dengan ketat, alarm dimana-mana, dan tidak ada seorang pun yang boleh menyentuhnya. Adapun perhiasan akan murah harganya jika ia dijual di emperan, diangin-anginkan, dan siap saja boleh menyentuhnya. Anda tentu paham maksud saya.
Maka perlu ditegaskan sekali lagi bahwa jilbab bukanlah suatu halangan bagi para wanita muslim dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Perjuangan untuk menegakkan panji-panji Islam memang tidaklah mudah, namun percayalah bahwa perjuangan itu akan berbuah manis dan akan dipetik sendiri suatu hari kelak. Dijamin tidak akan menyesal wanita yang dengan teguh mempertahankan jilbabnya. Tidak perlu khawatir tidak akan mendapatkan jodoh. Justru sebaliknya ia akan mendapatkan jodoh laki-laki yang benar-benar ikhlas menerimanya apa adanya. Cinta yang ia berikan adalah cinta karena Allah SWT.
(Terinspirasi dari novel Aku Menggugat Akhwat dan Ikhwan)
1 Kuswaidi Syafi’ie, Tafakur di ujung Cinta, (Yogyakarta: Pusstaka Pelajar, 2003)hal. 30


Anda mungkin juga ingin membaca :

1.      Hikmah Ramadhan
5.      Manfaat Berjilbab

No comments:

Post a Comment